Langsung ke konten utama

Penelitian Tindakan Kelas Mosi (Model Simulasi)


PENGGUNAAN  MOSI (MODEL SIMULASI )
UNTUK  MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21
DALAM   PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung)







Oleh
JAENUDIN
NIP 198503172010011008




SD NEGERI CIBADAK


KOORDINATOR WILAYAH BIDANG PENDIDIKAN
TK, SD, SMP DAN NON FORMAL KECAMATAN RANCABALI
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

NAMA       : JAENUDIN
NIP                         : 198503172010011008


PENGGUNAAN MOSI (MODEL SIMULASI)
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung)










Mengetahui,
Kepala SD Negeri Cibadak





ETI ROHAYATI, S.Pd.SD
NIP. 19610701 198410 2 002

Cibadak,   Februari 2018

Peneliti





JAENUDIN, S.Pd
NIP. 19850317 201001 1 008













LEMBAR PENGESAHAN


PENELITIAN TINDAKAN KELAS


PENGGUNAAN METODE SIMULASI
UNTUK MENINGKATKAN PEMBELEJARAN PKn
TENTANG PROSES PILKADA

Penelitian Tindakan Kelas Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kec. Rancabali Kab. Bandung










Mengetahui,
Kepala SD Negeri Cibadak





ETI ROHAYATI, S.Pd.SD
NIP. 19610701 198410 2 002

Cibadak, …………. 2018

Penulis,





JAENUDIN, S.Pd
NIP. 19850317 201001 1 008









Oleh  Jaenudin
Guru Kelas di SD Negeri Cibadak UPTD TK dan SD
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

Abstrak:
Salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar adalah menjelaskan proses pilkada dengan kompetensi dasar menjelaskan proses pemilu dan pilkada sangat penting dalam membangun karakter peserta didik untuk meningkatkan kesadaran dan wawasannya akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta pengembangan kualitas dirinya sebagai manusia. Namun demikian, pada umumnya peserta didik kurang motivasi terahadap materi proses pemilu dan pilkada, di samping mendapat kesulitan dalam memahami proses pemilu dan pilkada juga dalam menjelaskannya, hal ini disebabkan karena kurang  menikmati pembelajaran yang disajikan, kejenuhan, keberanian mengkomunikasikan rendah dan rasa tidak percaya diri. Implementasi metode simulasi yang selalu terkait dengan dunia empirik peserta didik, pola komunikasi yang bersifat negosiasi-bukan instruksi, partisipasi peserta didik tinggi, dan penciptaan suasana yang nyaman-menyenangkan ternyata dapat mengubah peserta didik menjadi bergairah dalam mempelajari proses pemilu dan pilkada.
Kata Kunci: metode simulasi, aktifitas pembelajaran.











DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………...
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iii



BAB I PENDAHULUAN


A.
Latar Belakan Masalah ………………………………………………
1
B.
Rumusan Masalah ……………………………………………………
2
C.
Tujuan dan Manfaat ………………………………………………….
2
D.
Definisi Operasional …………………...……………………………..
3






BAB II PEMBAHASAN
5
A.
Kajian Teoritis …………………………………………………………
5
B.
Hipotesis Tindakan …………………………………………………...
11
C.
Metodelogi Penelitian ………………………………………………..
12
D.
Hasil Penelitian ……………………………………………………….
13



BAB III PENUTUP
14
A.
Kesimpulan ……………………………………………………………
14
B.
Rekomendasi …………………………………………………………
14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
15
LAPIRAN-LAMPIRAN
16



KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
            Segala puji saya panjatkan kepada Alloh yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Taufik serta Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun penelitian tindakan kelas di sekolah tempat saya bertugas.
            Pada hakikatnya pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas merupakan sarana untuk merefleksi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan mengadakan PTK, Pendidik dapat memahami pembelajaran di kelas sehingga pelaksanaan pembelajaran akan menjadi lebih baik.
            Pada kesempatan ini pula saya ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1)      yth. Kepala UPT TK, SD dan Non Formal Kecamatan Rancabali;
2)      yth. Para pengawas TK, SD dan Non Formal Kecamatan Rancabali;
3)      yth. Kepala sekolah dan rekan guru serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Semoga segala amal bakti semua menjadi amal sholeh dan mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT.
Saya menyadari dalam penyusunan PTK ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk  perbaikan dalam pelaksanaan maupun PTK  selanjutnya.                                                                        
Penulis




BAB I
PENNDAHULUAN
                                                                                              
A.    Latar Belakang Masalah
      Penyelenggaraan pembelajaran di kelas pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran secara klasikal dan berorientasi pada guru sehingga pembelajaran yang tercipta kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, jumlah siswa yang relatif banyak di dalam  kelas membuat guru mengambil jalan pintas sehingga diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh siswa secara individual.
      Pembelajaran hendaknya mampu mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang dimiliki siswa secara optimal sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, pembelajaran juga harus difokuskan pada keberhasilan siswa sehingga memiliki kemampuan  yang akan menjadi modal dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang.   
      Berbagai aspek yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, pendekatan, strategi, metode serta model pembelajaran.  Seorang guru dituntut untuk dapat menentukan aspek-aspek keberhasilan pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi pembelajaran yang interaktif, efektif dan efisien serta bermakna bagi siswa.
      Di samping itu, derasnya perkembangan zaman dan teknologi telah melahirkan dampak positif maupun negatif. Perkembangan zaman ini juga memiliki harapan dan ancaman.  Harapan muncul karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat memungkinkan manusia dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Semetara itu, ancaman yang muncul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di antaranya konflik sosial yang semakin meluas di kalangan masyarakat.
      Untuk menjalani hidup pada abad ke-21 agar kita dapat memenuhi harapan dan mengurangi ancaman dibutuhkan kreativitas, kearifan dan kebersamaan. Menurut Yani A. dan Ruhimat M. (2018 :42) keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa pada abad ke-21 yaitu soft skill yang meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dan problem solving, kumunikasi dan kolaborasi serta hard skill yang meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT (Informasi, Komunikasi, dan Teknologi).
      Menurur Arifin Z. (2017 : 93) Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin siswa memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).
      Sementara itu, IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan pembelajaran manusia dan dunianya. Menurut Febriana A., (2011 : 152) Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya. Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya.
Pada umumnya kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS salah satunya diakibatkan oleh kurang tepatnya guru dalam menentukan atau memilih suatu model yang akan digunakan dalam pembelajaran yang diiringi dengan kurangnya kreativitas dan aktivitas siswa itu sendiri.
Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS, maka peneliti akan menggunakan mosi (model simulasi) dengan judul penelitian “Penggunaan  Mosi (Model Simulasi) untuk Meningkatkan Keterampilan Abad 21  dalam   Pembelajaran Tematik Muatan IPS”
Penggunaan mosi (model simulasi) dalam pembelajaran tematik muatan IPS diharapkan dapat membangkitkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Mosi (model simulasi) juga diharapkan dapat menumbuhkan dan melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan berkolaborasi. Dengan demikian, penggunaan Mosi (model simulasi) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan abad 21 siswa kelas VI SDN Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

B.   Rumusan Masalah
      Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang mendasar dalam proses pembelajaran tematik muatan IPS, di antaranya kurangnya kreativitas siswa, kurangnya kemampuan berkomunikasi siswa dan kurangnya kemampuan kolaborasi siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang dan fokus permasalahan di atas, maka permasalahan yang harus dipecahkan adalah bagaimana penggunaan mosi (model simulasi) dapat meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS? Sedangkan secara spesifik pertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi)?
2.      Bagaimana kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi)?
3.      Bagaimana kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi)?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
      Secara umum peneliti dalam penelitian ini ingin mengetahui kemampuan keterampilan abad 21 siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS dengan menggunakan mosi (model simulasi)
2.      Tujuan Khusus
     Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a.    Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi) di SD Negeri Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung?
b.    Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi) di SD Negeri Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung?
c.    Meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi  (model simulasi) di SD Negeri Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung?
D.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap informasi yang bermanfaat, sehingga dapat memiliki manfaat antara lain:
1.    Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini secara teoritis memperkuat teori dan konsep dari penggunaan mosi (model simulasi) dapat meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS.
2.    Manfaat Praktis
a.      Bagi lembaga pendidikan.
      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atas konsep pembelajaran tematik nuatan IPS dengan menggunakan mosi (model simulasi) dalam meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa. Sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil pendidikan sesuai dengan harapan yang diinginkan.
b.         Bagi kepala sekolah
      Penelitian ini diharapkan  memberikan dampak yang bermanfaat dan dijadikan untuk bahan masukan bagi perbaikan-perbaikan dalam mengelola sekolah atau lembaga pendidikan melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan yang diinginkan.
c.          Bagi guru
      Penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan yang diinginkan.

d.        Bagi peneliti
     Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh penggunaan mosi (model simulasi) dalam pembelajaran tematik muatan IPS untuk meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa dan sebagai bahan perbaikan kualitas pembelajaran.

















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Model Pembelajaran
      Model merupakan tafsiran (interpretasi)  dari suatu yang dapat  dijadikan pemisalan. Mills (dalam Suprijono A., 2017 : 64) berpendapat bahwa medel adalah bentuk refresentasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang mencoba bertindak berdasarka model itu. Dengan demikian, model dapat juga dikatakan sebagai pemisalan atau tafsiran dari sesuatu.
      Sementara itu, belajar merupakan istilah yang berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Sedangkan kata belajar lebih menekankan kepada suatu kegiatan aktif atau aktivitas. Menurut Suyono dan Hariyanto (2015 :  9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.  Sedangkan proses, cara dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar disebut pembelajaran.
     Menurut Suprijono (2017 : 64 ) model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisi terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan member petunjuk pada guru di kelas.
      Menurut Arends (dalam Suprijono, 2017 : 65) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat dapat diartikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar.
      Joyce juga berpendapat (dalam Suprijono, 2017 : 65) fungsi model “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.  Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para guru perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang aktivitas belajar mengajar.
      Terkait dengan pembelajaran di kelas, pembelajaran modern telah berhasil merubah paradigma. Paradigma interaksi guru dan siswa di sekolah sekarang telah berubah, dari pengajaran (instructional, teaching-instruksional) menjadi pembelajaran (learning), dari pendidik sebagai subjek (pemain) dan peserta didik objek (penonton) menjadi peserta didik sebagai subjek dan pendidik menjadi sutradara. Dalam pengajaran yang berkonotasi aktivitas pendidik dengan pola informasi, contoh, tanya-jawab, latihan, tugas, dan evaluasi memandang peserta didik sebagai wadah kosong yang perlu diisi pengetahuan (sekedar tahu ?) sebanyak-banyaknya, suka atau tidak suka, senang atau tidak senang, berminat atau tidak berminat, yang penting materi (tugas) selesai tersampaikan.
      Sebaliknya, dalam konteks pembelajaran, memandang peserta didik sebagai subyek, jadi berkonotasi pada aktivitas peserta didik (minds-on dan hands-on). Mengapa demikian? Karena pada pembelajaran, yaitu membelajarkan peserta didik – membuat peserta didik belajar, berasumsi bahwa peserta didik telah memiliki bekal (potensi) berupa intelektual, emosional, dan spiritual yang perlu dikembangkan dengan fasilitasi dari pendidik. Jadi belajar dapat dipandang sebagai pengembangan potensi tersebut secara optimal. Prinsip pembelajaran yang dijadikan pedoman adalah (Erman, 2001) siswa pemain – guru sutradara, siswa mengalami-melakukan-mengkomunikasikan, negosiasi – bukan instruksi, konstruksivis dari daily life, orientasi pada kompetensi tidak sekedar teori, dan nyaman-menyenangkan.
      Berikut adalah gambaran perbandingan pembelajaran berpusat pada siswa (student center) dengan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) :




Tabel 2.1.
Perbandingan student center dengan teacher center
No.
pembelajaran berpusat pada siswa (student center)
pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)
1.
Kurikulum ditampilkan dari keseluruhan ke bagian-bagian, dengan titik berat pada konsep-konsep besar.
Kurikulum ditampilkan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan titik berat pada keterampilan dasar.
2.
Siswa dipandang sebagai pemikir yang siap memunculkan teori-teori baru.
Siswa dipandang/dianggap sebagai kertas kosong yang harus diisi informasi oleh sang guru.
3.
Aktivitas belajar tergantung pada sumber data utama dan materi yang dapat dimanipulasi siswa.
Aktivitas belajar sangat tergantung pada buku pelajaran/panduan.
4.
Upaya mengundang pertanyaan dari siswa sangat diharapkan/dihargai.
Ketaatan yang tinggi pada kurikulum yang ditetapkan sagat dihargai.
5.
Guru bersikap interaktif, sebagai mediator lingkungan bagi siswanya.
Guru bersikap sebagai pengajar yang siap mentransfer informasi kepada siswa.
6.
Pengajar mencari tahu sudut pandang siswanya agar dapat memahami persepsi/konsepsi siswa saat ini, yang nantinya bisa digunakan pada pelajaran berikutnya.
Pengajar biasanya mencari jawaban yang benar sebagai upaya untuk memvalidasi proses belajar siswa.
7.
Evaluasi  proses belajar siswa dijalinkan dengan proses mengajar dan dilaksanakan melalui observasi pengajar terhadap siswanya pada saat belajar, juga dilakukan dengan praktik kerja/pameran hasil kerja siswa dan portofolio siswa.
Evaluasi pembelajaran siswa dipandang sebagai proses terpisah dari tugas mengajar sehingga hamper semua evaluasi dilakukan melalui testing.
8.
Siswa dibiasakan belajar/ bekerja dalam kelompok.
Siswa lebih banyak bekerja/belajar sendiri.

B.   Pembelajaran Tematik Muatan IPS
1.      Pengertian Pembelajaran Tematik
           Salah satu karakteristik kurikulum 2013 yaitu pembelajaran tematik.    Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dipayungi oleh suatu tema dan memeiliki beberapa muatan pelajaran. Menurut Kurniawan D. (2014 : 5) pembelajaran tematik adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model  terjala (webbed).

2.      Prinsip Pembelajaran Tematik
      Prinsip merupakan suatu yang sifatnya mendasar, sangatpenting, selalu ada dalam situasi dan kondisi sehingga keberadaannya dianggap penting dan berfungsi memberikan pedoman. Menurut Kurniawan D. (2014 : 5) prinsip pembelajaran tematik meliputi (1) berpusat pada anak; (2) pengalaman langsung; (3) pemisahan muatan pelajaran tidak jelas; (4) penyajian beberapa mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran; (5) fleksibel; (6) bermakna dan utuh (7) mempertimbangkan waktu dan ketersediaan sumber; (8) tema terdekat dengan anak; (9) pencapaian kompetensi dasar bukan tema.
3.      Pembelajaran Tematik Muatan IPS
      Pembelajaran tematik muatan IPS merupakan salah satu muatan pembelajaran yang tersedia dari beberapa muatan pelajaran lainnya. Muatan pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
      Menurut Mulyasa (2004 : 125) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global.

C.       Model Simulasi
1.      Pengertian Model Simulasi
      Metode Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, Simulasi dapat diartikan semacam permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman tentang sesuatu konsep atau prinsip atau dapat juga untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita kehidupan. (Sumiati, dkk., 2012 : 99).
      Menurut Shoimin A., (2018 : 170) model  pembelajaran simulasi adalah bentuk model pembelajaran praktik yang sifatnya menegmbangkan keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Model pembelajaran ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang sesungguhnya.
2.      Tujuan Model Pembelajaran Simulasi
      Menurut Shoimin A., (2018 : 171) tujuan model  pembelajaran simulasi meliputi (1) melatih keterampilan tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-hari; (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; (3) melatih memecahkan masalah; (4) meningkatkan keaktifan belajar; (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa; (6) melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok; (7) menumbuhkan daya kreatif siswa; dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
3.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Simulasi
a.       Tahap Orientasi
1)        Menyediakan berbagai topik simulasi dan konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
2)        Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
3)        Memberikan gambaran teknis secara  umum tentang proses simulasi.
b.      Tahap Latihan Bagi Peserta
1)      Membuat skenario yang berisi aturan, peranan, langkah, pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan dicapai.
2)      Menugaskan para pemeran dalam simulasi.
3)      Mencoba secara singkat suatu episode.
c.       Tahap Proses Simulasi
1)      Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan kegiatan tersebut.
2)      Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap performa si pemeran.
3)      Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
4)      Melakukan permainan/simulasi.

d.      Tahap Pemantapan dan debrifing
1)      Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi yang timbul selama simulasi.
2)      Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan dan wawasan para peserta.
3)      Menganalisis proses.
4)      Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5)      Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
6)      Menilai dan merancang kembali simulasi.

4.      Kelebihan Model Pembelajaran Simulasi
1)      Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2)      Simuasi dapat mengembangkan kreativitas siswa karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3)      Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4)      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagi situasi sosial yang problematis.
5)      Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
6)      Menjadikan siswa lebih paham materi pembelajaran.

D.      Keterampilan Abad 21
      Abad 21 ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi membawa harapan dan ancaman. Harapan harus dioptomalkan sehingga dapat memberikan banyak dampak baik. Sementara itu ancaman harus diminimalisir dengan sikap bijak. Abidin A. (2018 : 4) berpendapat bahwa pendidikan abad ini seyogyanya mampu membentuk insan muda yang teliti, kritis, namun etis. Pendidikan abad ke-21 hendaknya bisa membentuk insan muda yang kreatif dan adaptif.
      Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 43) keterampilan abad 21 meliputi keterampilan hidup dan karir; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4 C (critical thinking, communication, collaboration, dan creativity); dan keterampilan ICT. Kurikulum 2013 dirancang dengan merekomendasikan model pembelajaran yang tidak terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif tetapi juga bermuatan pendidikan karakter. Pembelajaran yang dirancang adalah yang berbasis inquiry/discovery dan juga kolaboratif. Penekanan pembelajaran abad ke-21 dapat diamati dari tabel berikut ini :
Tabel 2.2
Keterampilan Belajar pada Pembelajaran Abad XXI
yang Diadopsi dari Kurikulum 2013

Ruang Lingkup
Kompetensi
Keterampilan Informasi dan Komunikasi
Keterampilan informasi dan literasi media
Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan Berpikir dan Memecahkan Masalah
Berpikir kritis dan berpikir sistematik
Mengidentifikasi masalah, memformulasikan, dan memecahkan masalah
Kreativitasdan keingintahuan intelektual

Keterampilan Internasional dan Pengarahan Diri Sendiri (Self-Directional SkillS)
Keterampilan interpersonal dan kolaboratif
Pengarahan diri sendiri
Akuntabilitas dan kemampuan adaptasi
Tanggung jawab sosial


      Uraian tentang kompetensi abad ke-21 yang meliputi keterampilan hidup dan karier; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4 C (critical thinking, communication, collaboration, dan creativity):
1.      Critical Thinking
      Salah satu keterampilan abad ke-21 yaitu Critical Thinking atau berpikir kritis. Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 47) berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara cerdas. Seorang yang berpikir kritis akan mampu menjawab berbagai alasan dari suatu keadaan, situasi, atau peristiwa. Kemampuan dalam berpikir kritis dapat membantu dalam memecahkan msalah, mempermudah pekerjaan, dapat mecari solusi, mampu menentukan keterkaitan sesuatu dengan lainnya secara akurat.
2.      Communication
      Keterampilan abad ke-21 berikutnya yaitu komunikasi atau Communication. Kompetensi komunikasi adalah kemampuan dalam berkomunikasi. Kompetensi komunikasi meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dalam mengelola pertukaran pesan verbal dan nonverbal .
     Menurut William Howel dalam Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 48) ada empat tingkatan kompetensi yaitu (1) Unconcious incompetence; (2) Concious Incomptence; (3) Conscious Comptetence; dan (4) Unconcious Comptetence.
3.      Collaboration
      Selanjutnya keterampilan abad ke-21 yang ketiga yaitu Collaboration atau kemampuan kolaborasi/kerja sama. Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 50) kolaborasi merupakan bentuk interaksi sosial yaitu aktivitas  kerjasama yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugasnya masing-masing.
      Kompetensi kolaborasi sangat penting dimiliki oleh orang terutama di lingkungan kerja karena beberapa alasan yaitu :
a.       Meningkatkan efisiensi kerja.
b.      Mendapatkan ide-ide baru dari adanya diskusi bersama tim.
c.       Mendapatkan pengalaman baru.
d.      Kemudahan berkomunikasi.
e.       Membagikan beban kerja.
f.       Meningkatkan kepuasan dalam bekerja.
4.      Creativity
      Keterampilan abad ke-21 berikutnya dalah creativity atau kreativitas. Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 51) kreativitas atau daya cipta adalah proses mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
     Menurut Semiawan dalam Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 51) ciri orang yang kreatif antara lain berani mengambil resiko, mampu mendefinisikan dan merumuskan masalah, berperan dalam mengatasi masalah, toleran terhadap masalah ambigu (membingungkan), dan menghargai sesama di lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Munandar U. (2014 : 6) kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.






BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Desain Penelitian
      Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran dilakukan (Depdiknas 2004 : 7).
      Menurut Asrori M. (2014 : 6) penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Penelitian kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparative. Artinya, penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa mencapai hasil yang maksimal.
      Menurut Sukidin Dkk. (2010 : 16) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan pengalaman yang didapatkan dalam penelitian tindakan kelas, guru dapat secara sistematis menjajaki alternatif-alternatif tindakan yang bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran yang dilaksanakan menuju arah yang lebih baik.
      Mc Niff (dalam Sukidin Dkk, 2010 : 17) menekankan bahwa dengan dan dalam PTK, guru terbiasa menyambut tantangan, bukan menghindar dari tantangan guna peningkatan kinerja dan bersedia dengan sungguh-sungguh membuka diri terhadap pengalaman dan berbagai proses pembelajaran yang baru yang dirasa dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran dan mengurangi berbagai kendala yang selama ini dirasa sangat mengganggu proses pembelajaran.
      Berdasarkan  pendapat-pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah       tindakan yang direncanakan oleh guru sebagai upaya dalam peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran. Kegiatan PTK yang dilakukan secara kolaboratif memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti kepala sekolah, siswa, dan sebagainya. Bentuk kerjasama itulah yang dapat menjadikan suatu proses PTK dapat berlangsung.
Penelitian direncanakan dengan mengimplementasikan penelitian tindakan kelas yang meliputi komponen-kompenen berikut :
(1)      Perencanaan (Planning), perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan kelas yang ideal dilakukan secara berpasanagn antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan, (2) Pelaksanaan (Acting), pelaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan yang dilakukan secra sadar dan terkendali dan merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Pelaksanaan tindakan (acting) tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas, (3) Pengamatan (Observing), pengamatan (Observing) merupakan kegiatan yang dilakukan pengamat (observer). Pada tahap ini guru pelaksana mencata sedikit demi sedikit apa yang terjadi gara memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya, (4) Refleksi (Reflecting), refleksi (Reflecting) merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini guru berusaha menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Dalam tahap ini, jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain (Kunandar, 2008, hlm. 71).

Selanjutnya menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kunandar, 2008) menjelaskan    proses  pengkajian            berdaur            yang    terdiri  dari      empat  tahap   yang digambarkan sebagai berikut :












                                       Sumber: Dwitagama (2010, hlm. 21)
Gambar 3.1 Prinsip Pelaksanaan Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan Mc Taggart

      Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  karena beberapa alasan, (1) penelitan tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan dalam rangka memperbaiki situasi yang dilakukan secara terbatas di dalam kelas serta memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga proses dan hasil belajar siswa semakin meningkat, (3) melalui PTK peneliti dapat menentukan tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur yang sudah ditentukan.
B.     Partisipan dan Tempat Penelitian
Partisispan penelitian ini yaitu siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Cibadak kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2018/2019. Peneliti memilih seluruh siswa di dalam kelas dengan jumlah tiga puluh satu siswa, enam belas siswa laki-laki dan lima belas siswa perempuan. Jumlah kelas yang terdapat di SD ini yaitu enam rombongan belajar (rombel), masing-masing tingkatan kelas terdapat satu rombel dengan jumlah guru tujuh  orang ditambah dengan satu kepala sekolah, satu tenaga administrasi dan satu operator sekolah. Waktu belajar kelas VI yaitu pagi hari, dimulai dari jam 07.30 sampai pukul 12.30 WIB. Lokasi Sekolah berada di kampung Cibadak RT 01 RW 07 Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung tepatnya di kompleks perkebunan teh PT. Melania Indonesia Sipef. 

C.    Prosedur Administratif Penelitian
Kegiatan PTK ini menggunakan 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 tindakan. Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan abad 21 yang dikuasai siswa. Siklus I dipakai sebagai refleksi untuk melakukan perbaikan pada siklus II. Sedangkan siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan abad 21 yang dimiliki siswa setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.
1.         Proses Tindakan
a.    Proses Tindakan Siklus I
1)   Tindakan I
a)    Perencanaan
Pada siklus I tindakan I peneliti mempersiapkan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga menumbuhkan keterampilan abad 21, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
§  Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang akan dilaksanakan.
§  Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
§  Melakukan kolaborasi
b)   Tindakan
       Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan media dan kondisi siswa dalam melaksanakan kegiatan, guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan dan teknik pembelajaran dengan memberikan rambu-rambu aspek keterampilan abad 21 yang akan dinilai selama proses pembelajaran. Selain itu, guru memberikan penjelasan mengenai manfaat dari pembelajaran menggunakan model simulasi terhadap penumbuhan keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa.
       Pada tahap pelaksanaan siklus I tindakan 1 ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok diberikan materi yang berbeda. Selanjutnya ialah siswa bersama dengan kelompoknya mendiskusikan tentang isi materi yang diberikan, mereka berdiskusi (keterampilan kolaborasi) sesuai dengan tuntunan pada LKS yang diberikan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa, maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan evaluasi pada siswa, dengan menjawab pertanyaan.
c) Refleksi
Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah terkumpul, diantaranya hasil evaluasi siswa, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada tindakan II.

2)   Tindakan II
a)    Perencanaan
Pada siklus I tindakan II ini peneliti mempersiapakan  proses pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan I. Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§   Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang akan dilaksanakan.
§   Menyiapkan media yang akan dipergunakan.
§   Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)   Tindakan
     Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada tahap pelaksanaan siklus I tindakan II ini siswa duduk bersama kelompoknya masing-masing, sesuai dengan pembentukan kelompok pada tindakan I. setiap kelompok diberikan lembar untuk membimbing kegiatan pembelajaran yang akan mereka lakukan bersama dengan kelompoknya. Kemudian siswa berasama kelompoknya melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di dalam forum konferensi Asean sebagai pelaksanaan model simulasi dan menumbuhkan salah satu keterampilan abad 21 (keterampilan mengkomunikasikan), siswa pada  kelompok lain, menyimak dan memberikan pertanyaan bila ada yang kurang dipahami (keterampilan berfikir kritis). Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir siswa diminta menjawab pertanyaan secara tertulis dan merefleksi proses pembelajaran.
c) Refleksi
Selanjutnya guru melakukan refleksi terhadap siklus I yang telah dilakukan, dengan memperhatikan semua catatan lapangan  dan hasil evaluasi pada siklus I. Setelah melakukan refleksi guru merancanakan kembali tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
b.   Proses Tindakan Siklus II
1)      Tindakan I
a)   Perencanaan
Pada siklus II tindakan I ini peneliti mempersiapakan  proses pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§   Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang akan dilaksanakan.
§   Menyiapkan media dan model simulasi yang akan diperankan.
§   Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)        Tindakan
      Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada tahap pelaksanaan siklus II tindakan I ini siswa bersama kelompoknya, sesuai dengan pembentukan kelompok pada tindakan I. setiap kelompok diberikan lembar untuk membimbing kegiatan pembelajaran yang akan mereka lakukan bersama dengan kelompoknya. Siswa bersama dengan kelompoknya, diberikan materi yang berbeda untuk kemudian dipresentasikan di hadapan kelompok yang lainya yang berperan sebagai delegasi negara-negara Asean. Persiapan yang dilakukan siswa  mulai dari membuat kerangka pikiran, karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah Asean serta  pembagian peran anggota kelompok (keterampilan kolaborasi).
 Kemudian siswa berasama kelompoknya melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di dalam forum diskusi/konferensi  (keterampilan mengkomunikasikan), siswa pada  kelompok lain, menyimak dan memberikan pertanyaan bila ada yang kurang dipahami (keterampilan berfikir kritis). Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir siswa diminta menjawab pertanyaan secara tertulis dan merefleksi proses pembelajaran.
c) Refleksi
Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah terkumpul, diantaranya hasil evaluasi siswa, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada tindakan II.
2)   Tindakan II
a)    Perencanaan
Pada siklus II tindakan II ini peneliti mempersiapakan  proses pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan I. Adapun langkah-langkah yang dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§   Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang akan dilaksanakan.
§   Menyiapkan model simulasi yang akan dipergunakan.
§   Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)   Tindakan
Proses pembelajaran yang dilakukan pada tindakan II ini adalah, siswa menyimak pengarahan dari guru tentang kegiatan yang akan dilakukan menggunakan model simulasi yang telah dipersiapkan siswa bersama kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. Siswa diberikan lembar kerja untuk mempermudah dalam mencari infuormasi yang dibutuhkan. Siswa bersama kelompoknya mengatur tempat duduk, untuk mempermudah proses presentasi dalam konferensi Asean pada kelompok yang lain yang berperan sebagai delegasi Negara lainnya.
Kegiatan selanjutnya siswa bersama kelompoknya mempresentasikan setiap Negara Asean yang telah mereka dapatkan di dalam forum konferensi (keterampilan mengkomunikasikan), sementara kelompok yang lain menyimak dan memberikan pertanyaan (keterampilan berfikir kritis). Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir siswa diminta menjawab pertanyaan secara tertulis dan merefleksi proses pembelajaran.
c) Refleksi
     Guru melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari awal sampai akhir pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah terkumpul. Proses berjalannya setiap siklus dapat digambarkan dalam skema berikut ini :









Identifikasi hal-hal yang diperlukan
Tindakan 1
Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat
Pelaksanaan siklus I, menyusun rencana tindakan 1 dan tindakan 2

Refleksi tindakan 1.
1.        Analisis temuan
2.        Analisis model pembelajran
3.     Analisis PBM
Tindakan 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat
Refleksi tindakan 2.
1.     Analisis temuan
2.     Analisis model pembelajran
3.     Analisis PBM

Tindakan 1Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat

Pelaksanaan Siklus II, menyusun rencana tindakan 1 dan tindakan 2

Refleksi siklus I
1.     Deskipsi PBM
2.     Analisis permasalahan
3.     Refleksi tindakan

Refleksi tindakan 1.
1.     Analisis temuan
2.     Analisis model
      Pembelajran
3.     Analisis PBM

Tindakan 2
Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat

Refleksi tindakan 2.
1.        Analisis temuan
2.        Analisis model pembelajran
3.        Analisis PBM

Refleksi siklus I
1.        Deskipsi PBM
2.        Analisis permasalahan
3.        Refleksi tindakan

 

















Gambar 3.2 Alur Desain Penelitian





D.    Prosedur Substantif Penelitian
1.    Pengumpulan Data
      Pada penelitian ini menggunakan beberapa bentuk instrumen untuk mengungkapkan data penelitian terkait ketercapaian aktivitas perecanaan, pelaksanaan dan penilaian. Instrumen ini mengacu pada peran guru dalam proses pembelajaran yang mencangkup sebagai ‘perencana (planner), pelaksana (organizer), dan penilai (evaluator)’ Gagne dan Berliner (dalam Makmun A, 2003). Bentuk instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

a.     Instrumen Observasi meliputi:

1)   Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi penggunaan model simulasi pada pembelajaran di Kelas VI

2)   Instrumen keterampilan mengajar yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi pelaksanaan penggunaan model simulasi untuk meningkatkan keterampilan abad 21 dalam pembelajaran di Kelas VI

3)   Instrumen pelaksanaan model simulasi yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data dalam penggunaan model simulasi untuk meningkatkan keterampilan abad 21

4)     Instrumen keterampilan abad 21 yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad 21.
5)   Catatan lapangan yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi hasil refleksi pembelajaran.
b.   Instrumen Test meliputi:

1)        Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan sebagai alat pengungkap data dalam mengukur ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad 21 melalui penarapan model simulasi pada pembelajaran di Kelas VI. Instrumen ini dijabarkan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif.
2)        Soal Evaluasi yang digunakan sebagai alat pengungkap data dalam mengukur hasil belajar dari ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad 21 pada LKS melalui penarapan penggunaan model simulasi pada pembelajaran di Kelas VI. Instrumen ini dijabarkan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif.
2.        Pengolahan Data
      Data yang telah terkumpul kemudian diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu data kualitatif (deskripsi /kata) dan data kuantitatif (angka).
a.   Analisis Data Kualitatif
         Aktivitas  dalam  analisis  data  kualitatif  menurut  Miles  and  Huberman (1984) (dalam Sutopo, 2010 : 7) adalah sebagai berikut:


1)        Data Reduction (Reduksi Data)

  Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti. Mereduksi data berati merangkum, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta membuang yang tidak perlu.

2)        Klasifikasi Data
Data yang telah diperoleh dari lapangan dikelompokkan berdasarkan aktivitas guru dan aktivitas siswa ke dalam jenis-jenis kegiatan pembelajaran berupa kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
3)        Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan grafik.
4)        Analisis Data
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menafsirkan kegiatan pembelajaran yang sudah baik dan belum baik sesuai rencana. Kegiatan yang belum baik dicari penyebabnya dan memberikan solusi untuk memperbaikinya.
5)        Penarikan Kesimpulan
                 Kegiatan ini dilakukan untuk menyimpulkan hasil pengolahan data.

      

2)   Analisis Data Kuantitatif
      Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi yang digunakan sebagai alat pengungkap data dalam mengukur hasil belajar dan ketercapaian indikator-indikator keterampilan proses pada LKS melalui penarapan pendekatan saintifik pada pembelajaran di Kelas III. Adapaun pengolahan data kuantitatifnya adalah sebagai berikut:

1)     Penghitungan skor perolehan nilai siswa
Skor yang diperoleh siswa dalam tes yang berupa LKS dan evaluasi kemudian diubah dalam bentuk presentase dengan rumus:

NILAI  

                                               Gambar 3.3 Penghitungan Skor
           (Aqib, dkk, 2009 : 40)

2)     Penghitungan data rata-rata nilai kelas
 X =
X  = Rata-rata
Xi = Skor  yang diperoleh siswa
fi = Frekuensi dari skor yang bersangkutan
n = Banyaknya sampel
3)     Mengolah data LKS mengenai KPS
 LKS yang diberikan bertujuan untuk mengetahui pencapaian indikator keterampilan proses pembelajaran siswa. Pencapaian KPS bisa dilihat melalui IPK (Indeks Prestasi Kelompok). Selain itu ketuntasan pembelajaran dapat ditentukan berdasarkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Menghitung IPK untuk menentukan kategori KPS menggunakan rumus sebagai berikut:

 IPK   100 %


              Gambar 3.4 Penghitungan Ketercapaian KPS
                 Panggabean, 1989 ( dalam Sumirah, 2015)
Keterangan:

IPK   = Indeks Prestasi Kelompok

Mean = Rata-rata kelas

SMI   = Skor maksimum  jika soal benar semua



Untuk menentukan kategori IPK dalam capaian KPS segi intelektual/kognitif mengacu pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Kategori Presentasi IPK
Presentase
Kategori
>90%
Sangat terampil
75% - 89%
Terampil
55% - 74%
Kurang terampil
31% - 54%
Kurang terampil
<30%
Sangat kurang terampil
                     
Panggabean, 1989 ( dalam Sumirah, 2015)
d.        Menguji Keabsahan Data
      Keabsahan data pada penelitian kualitatif membuktikan nilai kebenaran data dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta catatan lapang (filed notes). Dalam penelitian ini keabsahan dibuktikan dalam 3 hal yaitu:
1)   Alat pengumpul data berupa lembar observasi guru dan siswa, RPP dan pelaksananaan pembelajaran
2)   Alat pengumpul data berupa LKS dan evaluasi yang disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada indikator keterampilan proses
3)      Teknik Triangulasi Data
“Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber” (Sugiyono, 2013 : 372). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi merupakan kegiatan membandingkan data kualitatif dari satu sumber dengan sumber yang lainnya. Oleh karena itu untuk menguji data kualitatif maka data filed notes, lalu dicek dengan hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari observer dan peneliti (guru)
Filed notes



Observer   Peneliti

Gambar 3.5 Teknik Triangulasi
















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
      Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti. Data-data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini meliputi temuan hasil observasi, aktivitas siswa, keterampilan siswa, serta hasil tes tertulis siswa setelah tindakan dilakukan. Hasil penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana dalam setiap siklus mendeskripsikan beberapa aspek, yaitu meliputi: Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, hasil belajar, dan refleksi. Selanjutnya di dalam Pembahasan mendeskripsikan beberapa aspek juga yaitu meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua tindakan dan setiap tindakan memerlukan waktu satu kali pertemuan atau 2 x 35 menit atau 70 menit. Data yang diteliti adalah siswa kelas VI SD Negeri Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung dengan jumlah siswa 31 orang.
A.      Deskripsi Hasil penelitian

      Sebelum melakukan tindakan pembelajaran, peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran tematik muatan IPS yang dilaksanakan di kelas VI. Hasil observasi yang diperoleh yaitu proses pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru atau berpusat pada guru sedangkan siswa hanya menerima pembelajaran dari apa yang diceramahkan dan didemonstrasikan guru. Ketika proses pembelajaran tematik muatan IPS berlangsung kurang adanya aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung ke dalam pembelajaran. guru hanya mengarahkan siswa untuk tertib dan mengikuti intruksi yang terdapat dalam buku paket tematik.
1.         Siklus I
a.        Tindakan 1
1)      Deskripsi
      Siklus  1 tindakan 1 ini  dilaksanakan  di  SD Negeri Cibadak pada  hari  senin, tanggal 18 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai sejarah terbentuknya ASEAN. Pelaksanaan siklus 1 tindakan 1 sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi. pembelajaran pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 31 sesuai jumah siswa terdaftar.
            Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus I peneliti menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 1 tindakan 1 ini adalah sejarah terbentuknya organisasi ASEAN.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo bermain peran
¡  Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan nama kelompok 5 negara pendiri ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Pembentukan kelompok dilakukan dengan cara setiap menyebut satu Negara secara berurutan dan akhirnya siswa harus bergabung dengan teman yang menyebutkan nama Negara yang sama. (kemampuan kolaborasi)
¡  Setiap siswa diberi berperan sebagai utusan/delegasi dari Negara-negara sesuai yang ada dalam kelompok. (kemampuan berpikir kreatif)
¡  Setiap kelompok mendapatkan lembar kerja yang berisi tentang langkah-langkah kegiatan pelaksanaan konferensi pendirian organisasi ASEAN disertai wacana tentang sejarah singkat ASEAN. (kemampuan berpikir kreatif dan kolaborasi)
¡  Setiap kelompok memiliki ketua sebagai perwakilan dari 5 negara pendiri ASEAN beserta anggotanya. (kemampuan kolaborasi)
¡  Siswa saling berinteraksi dengan bergiliran memperkenalkan diri sesuai peranan masing-masing dan dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi Bangkok sebagai cikal bakal berdirinya ASEAN. (kemapuan komunikasi dan kolaborasi)
¡  Siswa mengerjakan latihan tertulis yang memuat pertanyaan sekitar pendirian ASEAN.(kemampuan berpikir kreatif).
      Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendakatan pembelajaran tematik, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja, tetapi siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan dengan kegiatan berdiskusi dan bermain peran. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir.
      Pada siklus 1 tindakan 1 guru/peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok, Sehingga peneliti harus mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
      Pada siklus 1 tindakan 1 ini, siswa masih terlihat kaku. Mereka belum terbiasa dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, apalagi dalam model simulasi ini mereka memiliki peranan masing-masing. begitupun saat mengkomunikasikan, mereka masih terlihat malu-malu dan suaranya pun masih belum keluar dengan lantang.
     Pada siklus 1 tindakan 1 ini diperoleh hasil pengetahuan dan keterampilan.

Tabel 4.1 Frekuensi nilai pengetahuan
No.
Rentang Nilai
Jumlah siswa
1
50-60
8
2
61-70
5
3
71-80
7
4
81-90
8




Tabel 4.2 Frekuensi nilai keterampilan
No.
Kriteria Nilai
Jumlah siswa
1
A
8
2
B
7
3
C
5
4
D
8
    
2)      Analisis
     Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti menemukan beberapa temuan : pertama, aktivitas siswa dalam pembelajaran sudah mulai terlihat meskipun belum optimal. Masih ada siswa yang belum menunjukkan aktivitasnya dan terkesan masih malu-malu. Hal ini dikarenakan belum terbiasa mendapatkan peran khusus dalam kegiatan pembelajaran.
     Temuan kedua, siswa terlihat belum kompak dalam melakukan kerja sama atau berkolaborasi. Selain itu sesama kelompok masih didominasi oleh siswa tertentu, sementara siswa yang lain masih lebih mengandalkan sala seorang temannya.
      Temuan ketiga mengenai hasil belajar, ada lima orang siswa atau 16% yang mendapat nilai kurang, 7 orang siswa atau 23% mendapat nilai cukup baik, delapan orang atau 26% mendapat niai baik dan 11 orang atau 35% mendapat nilai baik sekali. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti menemukan beberapa siswa yang masih belum memahami soal dengan baik.
3)      Refleksi
      Berdasarkan temuan di atas, maka untuk tindakan selanjutnya perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Siswa yang belum menunjukkan aktivitasnya dalam pembelajaran harus mendapat perhatian khusus sehingga akan ikut terlibat aktif dalam pembelajaran.
      Tindakan selanjutnya peneliti harus lebih memperhatikan siswa agar lebih kompak dalam melakukan kerja sama atau berkolaborasi. Selain itu peneliti harus mengatur agar dalam kelompok tidak terlalu didominasi oleh siswa tertentu.
      Perolehan nilai pengetahuan rata-rata kelas adalah sebesar 73,4. Hal ini menunjukkan pada tahap tindakan awal menggunakan model simulasi cukup baik. Namun untuk tindakan selanjutnya peneliti harus merancang scenario agar peranan siswa dalam simulasi tidak didominasi oleh siswa tertentu. Hasil refleksi yang dilakukan akan dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan berikutnya.

Tindakan 2
1)      Deskripsi
      Siklus  1 tindakan 2 ini  dilaksanakan  pada  hari  Selasa, tanggal 19 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai karakteristik Negara-negara ASEAN. Pelaksanaan siklus 1 tindakan 2 sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi. pembelajaran pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 31 sesuai jumah siswa terdaftar. Sedangkan kegiatan pembelajaran kegiatan intinya sebagai berikut :
¡   Guru dan siswa melanjutkan konferensi ASEAN dan memberikan skenario yang harus diperankan yaitu menyampaikan karakteristik Negara masing-masing.
¡   Guru memberikan intruksi pada siswa untuk membuat daftar karakteristik Negara masing-masing.
¡   Siswa secara berkelompok menyusun daftar karakteristik negaranya masing-masing.
¡   Siswa secara berkelompok menyampaikan karakteristik negaranya masing-masing.
¡   Kelompok lain menyimak dan atau mencatat yang disampaikan oleh kelompok yang sedang presentasi.
¡   Guru memberikan latihan tentang beberapa karakteristik Negara-negara ASEAN yang sudah didiskusikan.
      Siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan sebagian besar sudah tidak terlihat kebingungan seperti pada tindakan 1. Guru memposisikan siswa berdasarkan kelompok yang yang telah dibentuk pada tindakan sebelumnya. Guru membagikan lembar kerja pada siswa yang berisis scenario simulasi dan arahan untuk mengidentifikasi karakteristik Negara-negara ASEAN. Siswa secara berkelompok menyusun daftra karakteristik Negara-negara ASEAN.
      Siswa secara berkelompok berperan sebagai delegasi dari berbagai Negara ASEAN dan menyampaikan karakteristik negaranya masing-masing. Kelompok lain menyimak dan atau mencatat yang disampaikan oleh kelompok yang sedang presentasi. Semua siswa antusias mengikuti konferensi tersebut, tetapi ada kelompok yang terlihat kerepotan dalam menyampaikan presentasi dan ada pula kelompok yang masih belum bisa menyimak secara optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan oleh kelompok lain.
      Setelah siswa melakukan presentasi, guru mempertegas apa yang telah disampaikan oleh setiap kelompok. Setelah simulasi konferensi selesai, guru memberikan latihan tentang beberapa karakteristik Negara-negara ASEAN yang sudah didiskusikan dalam bentuk tes tertulis.
                         Tabel 4.3 Frekuensi nilai pengetahuan
No.
Rentang Nilai
Jumlah siswa
1
50-60

2
60-70
11
3
71-80
9
4
≥ 81
11

Tabel 4.4 Frekuensi nilai keterampilan
No.
Kriteria Nilai
Jumlah siswa
1
A
11
2
B
9
3
C
7
4
D
4

2)      Analisis
      Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan semangat siswa sudah lebih terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap kelompok yang bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai delegasi dari berbagai Negara ASEAN. Selain itu, sebagian besar siswa juga sudah tidak terlihat kebingungan seperti pada tindakan 1. Siswa sudah mulai memahami peran masing-masing sesuai scenario yang telah disusun.
      Temuan kedua, dalam melaksanakan presentasi terdapat kelompok yang terlihat kerepotan dalam menyampaikan presentasi dan ada pula. Apabila diperhatikan, kelompok tersebut belum dapat menunjukkan kemampuan kerja sama atau kolaborasi.  
     Temuan ketiga, terdapat kelompok yang masih belum bisa menyimak secara optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan oleh kelompok lain. Terlebih lagi terdapat kelompok yang  presentasi kurang menarik dan membuat jenuh.
      Temuan ke empat mengenai hasil belajar, sudah tidak ada yang mendapatkan nilai kuarang, 11 orang siswa atau 35,5% mendapat nilai cukup baik, sembilan  orang atau 29% mendapat niai baik dan 11 orang atau 35,5% mendapat nilai baik sekali. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari tindakan 1.
3)      Refleksi
      Berdasarkan hasil analisis  di atas maka untuk tindakan selanjutnya peneliti harus mempertahankan bahkan meningkatkan antusias dan semangat siswa sehingga pada tindakan berikutnya terus membaik. Peneliti juga harus menyusun scenario untuk memudahkan siswa dalam melakukan simulasi sehingga tidak ada lagi siswa yang terlihat kebingungan.
      Peneliti juga harus memperhatikan agar tidak ada lagi kelompok yang kesulitan dalam melaksanakan presentasi. Hal ini disebabkan karena kelompok tersebut kurang serius dalam menyiapkan bahan presentasi karena belum menunjukkan kemampuan kerja sama atau kemampuan kolaborasi. Dan ini berdampak pada cara mengkomunikasikan yang belum sesuai dengan harapan. Hal ini juga berdampak pada adanya kelompok yang kurang antusias untuk menyimak apa yang kelompok tersebut presentasikan.
      Perolehan nilai pengetahuan rata-rata kelas adalah sebesar 76,6. Hal ini mengalami peningkatan dari tindakan sebelumnya yaitu 73,4. Pada tindakan 2 ini, sebagian besar siswa sudah mulai dapat memerankan diri sesuai scenario yang disiapkan. Untuk tindakan selanjutnya peneliti harus merancang  lagi skenario agar peranan siswa dalam simulasi lebih meningkat. Hasil refleksi yang dilakukan akan dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan berikutnya.

2.      Siklus 2
a.        Tindakan 1
1)   Deskripsi
      Siklus  2 tindakan 1 ini  dilaksanakan  pada  hari  senin, tanggal 25 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai lima Negara ASEAN lainnya yang bergabung beserta karakteristiknya. Pelaksanaan siklus 2 tindakan 1 sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi. Pembelajaran pada siklus 2 tindakan 1 ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 31 sesuai jumah siswa terdaftar.
            Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus 2 tindakan 1 peneliti menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 2 tindakan 1 ini adalah karakteristik lima Negara ASEAN lainnya yang bergabung setelah ASEAN terbentuk.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo bermain peran
¡  Guru kembali membentuk siswa menjadi lima kelompok berdasarkan lima Negara ASEAN lainnya  yang bergabung dengan organisasi ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar serta Kamboja seperti pembentukan kelompok sebelumnya.
¡  Guru memberikan lembar kerja yang berisi tentang karakteristik Negara sesuai kelompok masing-masing.
¡  Siswa secara berkelompok berdiskusi tentang karakteristik Negara sesuai kelompok masing-masing.
¡  Setelah selesai berdiskusi, siswa secara berkelompok menyampaikan hasil diskusinya atau presentasi.
¡  Siswa lain menyimak dan atau mencatat apa yang disampaikan oleh kelompok yang sedang presentasi.
¡  Antar kelompok melakukan tanya jawab terbatas mengenai karakteristik Negara masing-masing.
¡  Siswa akan menuliskan hasil analisisnya pada lembar kerja yang telah disiapkan.
¡  Guru meminta siswa untuk membaca teks bacaan singkat yang memberikan informasi kepada siswa bahwa meskipun memiliki lingkungan alam yang berbeda-beda, setiap negara memiliki kepedulian yang sama terhadap kelestarian lingkungan. Guru dan siswa mendiskusikan tentang kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
¡  Guru dapat memberi pertanyaan kepada siswa: menurutmu apakah masyarakat yang tinggal di sekitarmu sudah menunjukkan sikap kepedulian terhadap lingkungan? Mengapa kita harus peduli terhadap lingkungan? Apakah kepedulian tersebut merupakan kewajiban kita?
¡  Guru meminta siswa untuk mengamati infografis yang telah disediakan.
¡  Guru menjelaskan tentang infografis. Pengertian Infografis adalah suatu bentuk penyajian data dengan konsep visual yang terdiri atas teks dengan tambahan gambar-gambar ilustrasi yang menarik.
¡  Guru memberikan latihan terkait karakteristik setiap negar ASEAN      Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendakatan pembelajaran tematik, guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja, tetapi siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan dengan kegiatan berdiskusi dan bermain peran. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir.
      Pada siklus 2 tindakan 1 guru/peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok, kemudian peneliti mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
      Pada siklus 2 tindakan 1 ini, siswa sudah terlihat antusias dan semangat. Dengan berbekal tindakan sebelumnya, siswa mulai memahami perannya dalamsimulasi. Mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, di antaranya dalam model simulasi. Pada saat mengkomunikasikan, mereka sudah mulai berani dan suara yang keluar muali diucapkan dengan lantang.
     Pada siklus 2 tindakan 1 ini diperoleh hasil pengetahuan dan keterampilan.




Tabel 4.5 Frekuensi nilai pengetahuan
No.
Rentang Nilai
Jumlah siswa
1
61-70
5
2
71-80
16
3
81-90
8
4
91-100
2

Tabel 4.6 Frekuensi nilai keterampilan
No.
Kriteria Nilai
Jumlah siswa
1
A
10
2
B
16
3
C
5
4
D
-
2)   Analisis
      Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan semangat siswa sudah semakin terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap kelompok yang bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai delegasi dari berbagai Negara ASEAN. Selain itu, siswa juga sudah memahami peran masing-masing sesuai skenario yang telah disusun.
      Temuan kedua, dalam melaksanakan presentasi siswa sudah dapat  menyampaikan presentasi dengan baik. Kelompok yang asalnya ada yang terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 1 ini sudak mulai dapat  menunjukkan kemampuan kerja sama atau kolaborasi. 
     Temuan ketiga, masih terdapat kelompok yang belum bisa menyimak presentasi kelompok lain secara optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan. Selain itu, kelompok tersebut belum terlihat aktif dalam berinteraksi memberikan pertanyaan atau menanggapai jalannya diskusi.
      Temuan ke empat mengenai hasil belajar, sudah tidak ada yang mendapatkan nilai kuarang, lima orang siswa atau 16,1% mendapat nilai cukup baik, enam belas  orang siswa atau 51,6% mendapat niai baik dan delapan orang siswa atau 25,8% mendapat nilai baik sekali, bahkan terdapat dua orang siswa atau 6,5% yang mendapat nilai istimewa. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari siklus dan tindakan sebelumnya.
3)   Refleksi
      Berdasarkan hasil analisis  di atas maka untuk tindakan selanjutnya peneliti harus mempertahankan bahkan meningkatkan antusias dan semangat siswa sehingga pada tindakan berikutnya terus membaik. Siswa yang sudah baik dalam melakukan simulasi juga harus ditingkatkan
     Peneliti juga harus mempertahankan bahkan meningkatkan pelaksanakan presentasi siswa yang sudah terlaksana baik. Kelompok yang asalnya terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 1 ini sudak mulai dapat  menunjukkan kemampuan kerja sama atau kolaborasi.
      Peneliti harus memperhatikan kelompok yang masih belum bisa menyimak presentasi kelompok lain secara optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan. Peneliti juga harus memotivasi kelompok tersebut agar terlihat aktif dalam berinteraksi memberikan pertanyaan atau menanggapai jalannya diskusi.
      Perolehan nilai pengetahuan rata-rata kelas mengalami peningkatan dari semula 76,6 menjadi 80,5. Hal ini mengalami peningkatan dari tindakan sebelumnya. Pada siklus 2 tindakan 1 ini, siswa sudah mulai dapat memerankan diri sesuai skenario yang disiapkan meskipun ada siswa yang kuarng baik dalam menyimak presentasi kelompok lain. Untuk tindakan selanjutnya peneliti harus memotivasi agar siswa yang belum terlibat aktif dapat menyimak presentasi dan terlibat secara aktif.. Hasil refleksi yang dilakukan akan dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan berikutnya.
b.        Tindakan 2
1)   Deskripsi
      Siklus  2 tindakan 2 ini  dilaksanakan  pada  hari  selasa, tanggal 26 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai bentuk-bentuk kerja sama ASEAN. Pelaksanaan siklus 2 tindakan 2 sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi. Pembelajaran pada siklus 2 tindakan 2 ini diikuti oleh siswa kelas VI yang dihadiri  sebanyak 31 sesuai jumah siswa terdaftar.
            Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus 2 tindakan 2 peneliti menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 2 tindakan 2 ini adalah bentuk-bentuk kerja sama Negara ASEAN.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo bermain peran
¡  Guru membentuk siswa menjadi 10 kelompok sesuai jumlah Negara ASEAN
¡  Siswa akan bermain peran dengan melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
¡  Sisawa akan membahas penanan dari setiap Negara dan bentuk-bentuk kerja sama ASEAN.
¡  Guru membagikan Lembar Kerja pada setiap kelompok sekaligus skenario jalannya Konferensi.
¡  Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing.
¡  Siswa mulai melakukan konferensi sesuai dengan skenario yang telah disediakan.
¡  Siswa saling berinteraksi dengan saling bertanya jawab mengenai peran dan kerja sama Negara-negara ASEAN.
¡  Guru memantau jalannya konferensi.
¡  Guru dan siswa mengambil beberapa kesimpulan terkait perang Negara-negara di ASEAN serta bentuk-bentuk kerja samanya.
¡  Guru mengintruksikan setiap kelompok untuk membuat karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik Negara masing-masing sesuai kelompoknya.
¡  Siswa melakukan kerja sama dengan kelompoknya masing-masing.
¡  Setelah selesai, siswa menyajikannya dalam sebuah kertas dan mempresentasikannya di depan forum.
¡  Guru memberikan latihan/evaluasi tentang peran dan bentuk kerja sama Negara-negara ASEAN.      Pada siklus 2 tindakan 1 guru/peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok, kemudian peneliti mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
      Pada siklus 2 tindakan 2 ini, siswa sudah terlihat antusias dan semangat. Dengan berbekal tindakan sebelumnya, siswa sudah memahami perannya dalam simulasi. Mereka sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, di antaranya dalam model simulasi. Pada saat mengkomunikasikan, mereka sudah mulai berani dan suara yang keluar sudah diucapkan dengan lantang.
     Pada siklus 2 tindakan 2 ini diperoleh hasil pengetahuan dan keterampilan.
Tabel 4.5 Frekuensi nilai pengetahuan
No.
Rentang Nilai
Jumlah siswa
1
61-70
-
2
71-80
3
3
81-90
15
4
91-100
13

Tabel 4.6 Frekuensi nilai keterampilan
No.
Kriteria Nilai
Jumlah siswa
1
A
13
2
B
15
3
C
3
4
D
-

2)   Analisis
      Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan semangat siswa sudah semakin terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap kelompok yang bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai delegasi dari berbagai Negara ASEAN. Selain itu, siswa juga sudah memahami peran masing-masing sesuai skenario yang telah disusun.
      Temuan kedua, dalam melaksanakan presentasi siswa sudah dapat  menyampaikan presentasi dengan baik. Kelompok yang asalnya ada yang terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 2 ini sudak dapat  menunjukkan kemampuan kerja sama atau kolaborasi. 
      Temuan ketiga, sudah tidak ada kelompok yang tidak menyimak presentasi kelompok lain secara optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan. Siswa sudah menunjukkan perhatiannya pada setiap kelompok yang sedang presentasi. Selain itu, kelompok tersebut sudah terlihat aktif dalam berinteraksi memberikan pertanyaan atau menanggapai jalannya diskusi.
      Temuan ke empat mengenai hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Tidak ada yang mendapatkan nilai kuarang, 3 orang siswa atau 9,7% mendapat nilai baik, lima belas  orang siswa atau 48,8% mendapat niai baik sekali, bahkan terdapat tiga belas orang siswa atau 41,9% yang mendapat nilai istimewa. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari tindakan sebelumnya.
3)   Refleksi
      Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang telah dilakukan, pembelajaran pada siklus 2 tindakan 2 ini mengalami peningkatan yang signifikan. Aktivitas siswa sangat antusias dalam pembelajaran, kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan kolaborasi sudah terlihat ada peningkatan, serta pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sudah baik dengan hasil evaluasi yang menunjukkan nilai rata-rata yaitu 90,0.
B.       Pembahasan
      Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi setiap tindakan penelitian yang dilakukan, peneliti dapat memperoleh temuan esensial dalam penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial tersebut merupakan hasil terpenting dari penelitian yang dilaksanakan. Temuan-temuan esensial yang peneliti peroleh secara rinci dibahas sebagai berikut :


1.         Pembahasan Siklus 1
Aktivitas siswa pada siklus 1 sudah mulai terlihat, namun belum sepenuhnya terlihat aktif, dalam kegiatan simulasipun belum semua siswa menunjukkan perannya dengan baik. Masih ada beberapa siswa yang terkesan malu-malu dan masih terlihat kebingungan.
Keterampilan abad 21 yang meliputi keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan kolaborasi sudah mulai terlihat namun belum belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Beberapa kelompok masih belum dapat menyusun pertanyaan saat berdiskusi, belum mampu menunjukkan kemampuan kolaborasi atau bekerja sama, dan kemampuan mengkomunikasikan masih kurang.
Perolehan nilai rata-rata pada siklus 1 tindakan 1 yaitu 73,4 dan tindakan 2 yaitu 76,6. Dengan demikian perolehan nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu 75,0. Penggunaan alat evaluasi yang diberikan guru kepada siswa sangat mempengaruhi guru untuk mengetahuitingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarai. Maka dari itu, maka dari itu dalam membuat soal harus disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa.

2.         Pembahasan Siklus 2
      Aktivitas siswa pada siklus 2 sudah terlihat, siswa mulai terlihat aktif dalam pembelajran. Dalam kegiatan simulasi  siswa sudah menunjukkan perannya dengan baik. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam memainkan perannya.
      Keterampilan abad 21 yang meliputi keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan kolaborasi sudah terlihat. Setiap kelompok masih sudah dapat menyusun pertanyaan saat berdiskusi, sudah mampu menunjukkan kemampuan kolaborasi atau bekerja sama, dan kemampuan mengkomunikasikan sudah terlihat.
      Perolehan nilai rata-rata pada siklus 2 tindakan 1 yaitu 80,5 dan tindakan 2 yaitu 90,0. Dengan demikian perolehan nilai rata-rata pada siklus 2 yaitu 85,25. Perolehan pada siklus 2 ini menunjukkan pencapaian yang signifikan
      Berikut merupakan grafik perolehan rata-rata siswa setiap siklus dan tindakan :
Grafik 4.1 Grafik Perolehan Rata-rata Siswa Persiklus dan Tindakan




Diagram Batang Perolehan Rata-rata Siswa
Grafik 4.2 Grafik Perolehan Rata-rata Siswa Persiklus dan Tindakan























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      KESIMPULAN
      Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VI SD Negeri Cibadak kecamatan Rancabali Kbupaten Bandung, maka dapat diambil kesimpuln sebagai berikut :
1.  Kreativitassiswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus mengalami peningkatan yang positif. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menyusun pertanyaan dan member tanggapan saat melakukan simulasi.
2.  Kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus mengalamai peningkatan. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa melakukan komunikasi pada saat presentasi.
3.  Kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari kerja sama yang dilakukan siswa bersama kelomok selama simulasi.

B.       SARAN
      Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan abad 21 dengan penggunaan mosi (model simulasi) maka peneliti membuat saran sebagai berikut :
1.      Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa. Maka dari itu dalam pembelajaran hendaknya guru melibatkan aktivitas siswa dan merubah paradigma pembelajaran dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.
2.      Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dan melatih kemampuan berkomunikasi.
3.      Untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi/kerja sama siswa dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menyajikan pembelajaran berbentuk kerja kelompok.











































DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan intsrumen pengukur Critical Thinkink Skills Siwa pada Pembelajaran Matematika Abad 21.http://unma.ac.id/index.php/th/article/view/383/362.diakses 6 Januari pukul 20.55

Abidin, Y. (2018). Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Abad Ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama

Aqib, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV Yrama Widya.

Asrori, M. (2014) Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Depdikbud. (2013). Standar Proses Kurikulum 2013. Permendikbud No. 65 tahun 2013 (hlm. 3). Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. (2004). Penilaian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional.

Dwitagama, W. K. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas (Edisi kedua). Jakarta: PT. Indeks.

Erman, S., Dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jica

Febriana A. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
              https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/aeticle/view/1678/1884. diakses 8 januari pukul 19.50

Kasbolah, K. dan Sukarnyana, I.W. (2006) Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Malang : UM Press

Kurniawan, D. (2014). Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian), Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rosda

Munandar, U. (2016). Pengembagan Kreativitas Anak berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Sagala, S. (2003). Konsep dan makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Sani, R.A. (2015). Pembelajaran saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.

Shoimin, Dkk. (2018). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Sleman : Ar-Ruzz Media

Sumiati, Dkk. (2012). Metode pembelajaran. Bandung : Wacana Prima

Suprijono, A. (2017). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta : depdikbud

Suyono dan Hariyanto. (2015). Belajara dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya

Uzer, usman, M. (1995). “Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Educational Classroom Action Research)”. Perspektif dalam Era Globalisasi Pendidikan.

Yani, A. dan Ruhimat M., (2018). Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Bandung : Refika Aditama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini