PENGGUNAAN MOSI (MODEL SIMULASI )
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ABAD 21
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN IPS
(Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung)

Oleh
JAENUDIN
NIP 198503172010011008
SD NEGERI CIBADAK
KOORDINATOR WILAYAH BIDANG PENDIDIKAN
TK, SD, SMP DAN NON FORMAL KECAMATAN RANCABALI
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
NAMA : JAENUDIN
NIP : 198503172010011008
PENGGUNAAN MOSI (MODEL SIMULASI)
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
ABAD 21
DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MUATAN
IPS
(Penelitian
Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung)
Mengetahui,
Kepala
SD Negeri Cibadak
ETI
ROHAYATI, S.Pd.SD
NIP.
19610701 198410 2 002
|
|
Cibadak,
Februari 2018
Peneliti
JAENUDIN,
S.Pd
NIP.
19850317 201001 1 008
|
LEMBAR
PENGESAHAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENGGUNAAN METODE SIMULASI
UNTUK MENINGKATKAN PEMBELEJARAN
PKn
TENTANG PROSES PILKADA
Penelitian
Tindakan Kelas Peserta Didik Kelas VI SD Negeri Cibadak
Kec.
Rancabali Kab. Bandung
Mengetahui,
Kepala
SD Negeri Cibadak
ETI
ROHAYATI, S.Pd.SD
NIP.
19610701 198410 2 002
|
|
Cibadak,
…………. 2018
Penulis,
JAENUDIN,
S.Pd
NIP.
19850317 201001 1 008
|
Oleh
Jaenudin
Guru Kelas di SD Negeri Cibadak UPTD TK dan SD
Guru Kelas di SD Negeri Cibadak UPTD TK dan SD
Kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung.
Abstrak:
Salah satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Dasar adalah menjelaskan proses pilkada dengan
kompetensi dasar menjelaskan proses pemilu dan pilkada sangat penting dalam
membangun karakter peserta didik untuk meningkatkan kesadaran dan wawasannya
akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta pengembangan kualitas dirinya sebagai manusia. Namun demikian, pada umumnya peserta didik kurang motivasi
terahadap materi proses pemilu dan pilkada, di samping mendapat kesulitan dalam
memahami proses pemilu dan pilkada juga dalam menjelaskannya, hal ini
disebabkan karena kurang menikmati
pembelajaran yang disajikan, kejenuhan, keberanian mengkomunikasikan rendah dan
rasa tidak percaya diri. Implementasi metode simulasi yang selalu terkait
dengan dunia empirik peserta didik, pola komunikasi yang bersifat
negosiasi-bukan instruksi, partisipasi peserta didik tinggi, dan penciptaan
suasana yang nyaman-menyenangkan ternyata dapat mengubah peserta didik menjadi
bergairah dalam mempelajari proses pemilu dan pilkada.
Kata
Kunci: metode simulasi, aktifitas
pembelajaran.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
…………………………………………………………………...
|
i
|
||
KATA
PENGANTAR ……………………………………………………….
|
ii
|
||
DAFTAR
ISI …………………………………………………………………
|
iii
|
||
|
|
|
|
BAB
I PENDAHULUAN
|
|
|
|
A.
|
Latar
Belakan Masalah ………………………………………………
|
1
|
|
B.
|
Rumusan
Masalah ……………………………………………………
|
2
|
|
C.
|
Tujuan
dan Manfaat ………………………………………………….
|
2
|
|
D.
|
Definisi
Operasional …………………...……………………………..
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
BAB
II PEMBAHASAN
|
5
|
||
A.
|
Kajian
Teoritis …………………………………………………………
|
5
|
|
B.
|
Hipotesis
Tindakan …………………………………………………...
|
11
|
|
C.
|
Metodelogi
Penelitian ………………………………………………..
|
12
|
|
D.
|
Hasil
Penelitian ……………………………………………………….
|
13
|
|
|
|
|
|
BAB
III PENUTUP
|
14
|
||
A.
|
Kesimpulan
……………………………………………………………
|
14
|
|
B.
|
Rekomendasi
…………………………………………………………
|
14
|
|
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………..
|
15
|
||
LAPIRAN-LAMPIRAN
|
16
|
||
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Segala puji saya panjatkan kepada
Alloh yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan Taufik serta Hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyusun penelitian tindakan kelas di sekolah tempat saya bertugas.
Pada hakikatnya pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas merupakan sarana untuk merefleksi permasalahan yang
muncul dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan mengadakan PTK, Pendidik
dapat memahami pembelajaran di kelas sehingga pelaksanaan pembelajaran akan
menjadi lebih baik.
Pada kesempatan ini pula saya ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1) yth.
Kepala UPT TK,
SD dan Non Formal Kecamatan
Rancabali;
2) yth. Para pengawas TK, SD dan Non Formal Kecamatan
Rancabali;
3) yth.
Kepala sekolah dan rekan guru serta semua
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian ini pada khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.
Semoga
segala amal bakti semua menjadi amal sholeh dan mendapat imbalan yang berlipat
dari Allah SWT.
Saya
menyadari dalam penyusunan PTK ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari
itu kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk perbaikan dalam pelaksanaan maupun PTK selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENNDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penyelenggaraan pembelajaran di kelas
pada umumnya lebih mengarah pada model pembelajaran secara klasikal dan
berorientasi pada guru sehingga pembelajaran yang tercipta kurang bermakna bagi
siswa. Selain itu, jumlah siswa yang relatif banyak di dalam kelas membuat guru mengambil jalan pintas
sehingga diharapkan mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh siswa secara
individual.
Pembelajaran hendaknya mampu
mengembangkan potensi kecerdasan serta bakat yang dimiliki siswa secara optimal
sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, pembelajaran
juga harus difokuskan pada keberhasilan siswa sehingga memiliki kemampuan yang akan menjadi modal dalam menghadapi
tantangan kehidupan di masa yang akan datang.
Berbagai aspek yang mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran diantaranya kurikulum, sarana dan prasarana, guru,
siswa, pendekatan, strategi, metode serta model pembelajaran. Seorang guru dituntut untuk dapat menentukan
aspek-aspek keberhasilan pembelajaran yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran
agar siswa terhindar dari kebosanan dan tercipta kondisi pembelajaran yang
interaktif, efektif dan efisien serta bermakna bagi siswa.
Di samping itu, derasnya perkembangan
zaman dan teknologi telah melahirkan dampak positif maupun negatif.
Perkembangan zaman ini juga memiliki harapan dan ancaman. Harapan muncul karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat memungkinkan manusia dapat
memperoleh kemudahan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Semetara itu,
ancaman yang muncul akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di
antaranya konflik sosial yang semakin meluas di kalangan masyarakat.
Untuk menjalani hidup pada abad ke-21
agar kita dapat memenuhi harapan dan mengurangi ancaman dibutuhkan kreativitas,
kearifan dan kebersamaan. Menurut Yani A. dan Ruhimat M. (2018 :42)
keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa pada abad ke-21 yaitu soft skill yang meliputi kreativitas dan
inovasi, berpikir kritis dan problem
solving, kumunikasi dan kolaborasi serta hard skill yang meliputi literasi informasi, literasi media, dan
literasi ICT (Informasi, Komunikasi, dan Teknologi).
Menurur Arifin Z. (2017 : 93) Saat ini,
pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan peningkatan
pengetahuan yang luar biasa. Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin
penting untuk menjamin siswa memiliki keterampilan belajar dan berinovasi,
keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja,
dan bertahan dengan menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills).
Sementara itu, IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
merupakan pembelajaran manusia dan dunianya. Menurut Febriana A., (2011 : 152) Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Manusia sebagai
makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupannya
manusia harus mengahadapi tantangan-tantangan yang berasal dari lingkungannya
maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang manusia dari berbagai sudut pandang.
IPS melihat bagaimana manusia hidup bersama dengan sesamanya, dengan
tetangganya dari lingkungan dekat sampai yang jauh. Bagaimana keserasian hidup
dengan lingkungannya baik dengan sesama manusia maupun lingkungan alamnya.
Bagaimana mereka melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
kata lain bahan kajian atau bahan belajar IPS adalah manusia dan lingkungannya.
Pada umumnya kesulitan
belajar siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS salah satunya diakibatkan
oleh kurang tepatnya guru dalam menentukan atau memilih suatu model yang akan
digunakan dalam pembelajaran yang diiringi dengan kurangnya kreativitas dan
aktivitas siswa itu sendiri.
Sebagai
salah satu alternatif untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS, maka peneliti akan menggunakan
mosi (model simulasi) dengan judul penelitian “Penggunaan Mosi (Model
Simulasi) untuk Meningkatkan Keterampilan Abad 21 dalam Pembelajaran Tematik Muatan IPS”
Penggunaan mosi (model
simulasi) dalam pembelajaran tematik muatan IPS diharapkan dapat membangkitkan kreativitas
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Mosi (model simulasi) juga diharapkan
dapat menumbuhkan dan melatih kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan
berkolaborasi. Dengan demikian, penggunaan Mosi (model simulasi) diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan abad 21 siswa kelas VI SDN Cibadak Kecamatan
Rancabali Kabupaten Bandung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang
telah diuraikan di atas, terdapat beberapa masalah yang mendasar dalam proses
pembelajaran tematik muatan IPS, di antaranya kurangnya kreativitas siswa,
kurangnya kemampuan berkomunikasi siswa dan kurangnya kemampuan kolaborasi
siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang dan fokus permasalahan di
atas, maka permasalahan yang harus dipecahkan adalah bagaimana penggunaan mosi
(model simulasi) dapat meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan
kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran tematik muatan IPS? Sedangkan
secara spesifik pertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian adalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran
tematik muatan IPS menggunakan mosi
(model simulasi)?
2.
Bagaimana kemampuan komunikasi siswa dalam
pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi)?
3.
Bagaimana kemampuan kolaborasi siswa dalam
pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi)?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan Umum
Secara umum peneliti dalam penelitian ini
ingin mengetahui kemampuan keterampilan abad 21 siswa dalam pembelajaran
tematik muatan IPS dengan menggunakan mosi (model simulasi)
2.
Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan :
a.
Meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran
tematik muatan IPS menggunakan mosi
(model simulasi) di SD Negeri Cibadak Kecamatan Rancabali Kabupaten
Bandung?
b.
Meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam
pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) di SD Negeri Cibadak
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung?
c.
Meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa dalam
pembelajaran tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) di SD Negeri Cibadak
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung?
D. Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat terungkap
informasi yang bermanfaat, sehingga dapat memiliki manfaat antara lain:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini secara
teoritis memperkuat teori dan konsep dari penggunaan mosi (model simulasi) dapat meningkatkan
kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa dalam
pembelajaran tematik muatan IPS.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi lembaga pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran atas konsep pembelajaran tematik nuatan IPS
dengan menggunakan mosi (model simulasi) dalam meningkatkan kreativitas,
kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi siswa. Sebagai bahan pertimbangan
bagi lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran untuk
mendapatkan hasil pendidikan sesuai dengan harapan yang diinginkan.
b.
Bagi
kepala sekolah
Penelitian ini diharapkan memberikan dampak yang bermanfaat dan
dijadikan untuk bahan masukan bagi perbaikan-perbaikan dalam mengelola sekolah
atau lembaga pendidikan melalui penggunaan model pembelajaran yang tepat
sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan hasil sesuai dengan harapan yang
diinginkan.
c.
Bagi
guru
Penelitian ini diharapkan dapat
menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dengan penggunaan model
pembelajaran yang tepat sehingga kegiatan pembelajaran mendapatkan hasil sesuai
dengan harapan yang diinginkan.
d.
Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
pengaruh penggunaan mosi (model simulasi) dalam pembelajaran tematik muatan IPS
untuk meningkatkan kreativitas, kemampuan komunikasi dan kemampuan kolaborasi
siswa dan sebagai bahan perbaikan kualitas pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model
Pembelajaran
Model merupakan tafsiran
(interpretasi) dari suatu yang
dapat dijadikan pemisalan. Mills (dalam
Suprijono A., 2017 : 64) berpendapat bahwa medel adalah bentuk refresentasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau kelompok orang
mencoba bertindak berdasarka model itu. Dengan demikian, model dapat juga
dikatakan sebagai pemisalan atau tafsiran dari sesuatu.
Sementara itu, belajar merupakan istilah
yang berasal dari kata ajar yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).
Sedangkan kata belajar lebih menekankan kepada suatu kegiatan aktif atau
aktivitas. Menurut Suyono dan Hariyanto (2015 :
9) belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian. Sedangkan proses,
cara dan perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar disebut
pembelajaran.
Menurut
Suprijono (2017 : 64 ) model pembelajaran merupakan landasan praktik
pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang
dirancang berdasarkan analisi terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya
pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula
sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan
member petunjuk pada guru di kelas.
Menurut Arends (dalam Suprijono, 2017 : 65) model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat dapat diartikan pula sebagai
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Joyce
juga berpendapat (dalam Suprijono, 2017 : 65) fungsi model “each model guides us as we design
instruction to help students achieve various objectives”. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para guru perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang
aktivitas belajar mengajar.
Terkait dengan pembelajaran di kelas,
pembelajaran modern telah berhasil merubah paradigma. Paradigma interaksi guru dan siswa
di sekolah sekarang telah berubah, dari pengajaran (instructional,
teaching-instruksional) menjadi pembelajaran (learning), dari pendidik
sebagai subjek (pemain) dan peserta didik objek (penonton) menjadi peserta
didik sebagai subjek dan pendidik menjadi sutradara. Dalam pengajaran yang
berkonotasi aktivitas pendidik dengan pola informasi, contoh, tanya-jawab,
latihan, tugas, dan evaluasi memandang peserta didik sebagai wadah kosong yang
perlu diisi pengetahuan (sekedar tahu ?) sebanyak-banyaknya, suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang, berminat atau tidak berminat, yang penting
materi (tugas) selesai tersampaikan.
Sebaliknya,
dalam konteks pembelajaran, memandang peserta didik sebagai subyek, jadi
berkonotasi pada aktivitas peserta didik (minds-on dan hands-on). Mengapa
demikian? Karena pada pembelajaran, yaitu membelajarkan peserta didik – membuat
peserta didik belajar, berasumsi bahwa peserta didik telah memiliki bekal
(potensi) berupa intelektual, emosional, dan spiritual yang perlu dikembangkan
dengan fasilitasi dari pendidik. Jadi belajar dapat dipandang sebagai
pengembangan potensi tersebut secara optimal. Prinsip pembelajaran yang
dijadikan pedoman adalah (Erman, 2001) siswa pemain – guru sutradara, siswa
mengalami-melakukan-mengkomunikasikan, negosiasi – bukan instruksi,
konstruksivis dari daily life, orientasi pada kompetensi tidak sekedar teori,
dan nyaman-menyenangkan.
Berikut adalah gambaran perbandingan
pembelajaran berpusat pada siswa (student
center) dengan pembelajaran berpusat pada guru (teacher center) :
Tabel 2.1.
Perbandingan student center dengan teacher center
No.
|
pembelajaran berpusat pada siswa (student center)
|
pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)
|
1.
|
Kurikulum
ditampilkan dari keseluruhan ke bagian-bagian, dengan titik berat pada
konsep-konsep besar.
|
Kurikulum
ditampilkan dari bagian-bagian menuju keseluruhan dengan titik berat pada
keterampilan dasar.
|
2.
|
Siswa
dipandang sebagai pemikir yang siap memunculkan teori-teori baru.
|
Siswa
dipandang/dianggap sebagai kertas kosong yang harus diisi informasi oleh sang
guru.
|
3.
|
Aktivitas
belajar tergantung pada sumber data utama dan materi yang dapat dimanipulasi
siswa.
|
Aktivitas
belajar sangat tergantung pada buku pelajaran/panduan.
|
4.
|
Upaya
mengundang pertanyaan dari siswa sangat diharapkan/dihargai.
|
Ketaatan yang
tinggi pada kurikulum yang ditetapkan sagat dihargai.
|
5.
|
Guru bersikap
interaktif, sebagai mediator lingkungan bagi siswanya.
|
Guru bersikap
sebagai pengajar yang siap mentransfer informasi kepada siswa.
|
6.
|
Pengajar
mencari tahu sudut pandang siswanya agar dapat memahami persepsi/konsepsi
siswa saat ini, yang nantinya bisa digunakan pada pelajaran berikutnya.
|
Pengajar
biasanya mencari jawaban yang benar sebagai upaya untuk memvalidasi proses
belajar siswa.
|
7.
|
Evaluasi proses belajar siswa dijalinkan dengan
proses mengajar dan dilaksanakan melalui observasi pengajar terhadap siswanya
pada saat belajar, juga dilakukan dengan praktik kerja/pameran hasil kerja
siswa dan portofolio siswa.
|
Evaluasi
pembelajaran siswa dipandang sebagai proses terpisah dari tugas mengajar
sehingga hamper semua evaluasi dilakukan melalui testing.
|
8.
|
Siswa
dibiasakan belajar/ bekerja dalam kelompok.
|
Siswa lebih
banyak bekerja/belajar sendiri.
|
B. Pembelajaran
Tematik Muatan IPS
1.
Pengertian Pembelajaran Tematik
Salah satu karakteristik kurikulum 2013
yaitu pembelajaran tematik. Pembelajaran
tematik merupakan pembelajaran yang dipayungi oleh suatu tema dan memeiliki
beberapa muatan pelajaran. Menurut Kurniawan D. (2014 : 5) pembelajaran tematik
adalah salah satu bentuk atau model dari pembelajaran terpadu, yaitu model terjala (webbed).
2.
Prinsip Pembelajaran Tematik
Prinsip
merupakan suatu yang sifatnya mendasar, sangatpenting, selalu ada dalam situasi
dan kondisi sehingga keberadaannya dianggap penting dan berfungsi memberikan
pedoman. Menurut Kurniawan D. (2014 : 5) prinsip pembelajaran tematik meliputi
(1) berpusat pada anak; (2) pengalaman langsung; (3) pemisahan muatan pelajaran
tidak jelas; (4) penyajian beberapa mata pelajaran dalam satu proses
pembelajaran; (5) fleksibel; (6) bermakna dan utuh (7) mempertimbangkan waktu
dan ketersediaan sumber; (8) tema terdekat dengan anak; (9) pencapaian
kompetensi dasar bukan tema.
3.
Pembelajaran Tematik Muatan IPS
Pembelajaran
tematik muatan IPS merupakan salah satu muatan pembelajaran yang tersedia dari
beberapa muatan pelajaran lainnya. Muatan pelajaran IPS disusun secara
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Mulyasa (2004 : 125) mata
pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama, dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global.
C.
Model Simulasi
1.
Pengertian Model
Simulasi
Metode
Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran dengan melakukan
proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, Simulasi dapat diartikan semacam
permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya
untuk memberikan pemahaman tentang sesuatu konsep atau prinsip atau dapat juga
untuk melatih kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita
kehidupan. (Sumiati, dkk., 2012 : 99).
Menurut Shoimin A., (2018 : 170)
model pembelajaran simulasi adalah
bentuk model pembelajaran praktik yang sifatnya menegmbangkan keterampilan
peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Model pembelajaran
ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar
karena adanya kesulitan untuk melakukan praktik di dalam situasi yang
sesungguhnya.
2.
Tujuan Model
Pembelajaran Simulasi
Menurut Shoimin A., (2018 : 171) tujuan model pembelajaran simulasi meliputi (1) melatih
keterampilan tertentu, baik bersifat professional maupun bagi kehidupan
sehari-hari; (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip; (3)
melatih memecahkan masalah; (4) meningkatkan keaktifan belajar; (5) memberikan
motivasi belajar kepada siswa; (6) melatih siswa untuk mengadakan kerja sama
dalam situasi kelompok; (7) menumbuhkan daya kreatif siswa; dan (8) melatih
siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
3.
Langkah-Langkah Model
Pembelajaran Simulasi
a.
Tahap Orientasi
1)
Menyediakan berbagai topik simulasi dan
konsep-konsep yang akan diintegrasikan dalam proses simulasi.
2)
Menjelaskan prinsip simulasi dan permainan.
3)
Memberikan gambaran teknis secara umum tentang proses simulasi.
b.
Tahap Latihan Bagi Peserta
1)
Membuat skenario yang berisi aturan, peranan,
langkah, pencatatan, bentuk keputusan yang harus dibuat, dan tujuan yang akan
dicapai.
2)
Menugaskan para pemeran dalam simulasi.
3)
Mencoba secara singkat suatu episode.
c.
Tahap Proses Simulasi
1)
Melaksanakan aktivitas permainan dan pengaturan
kegiatan tersebut.
2)
Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil
pengamatan terhadap performa si pemeran.
3)
Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional.
4)
Melakukan permainan/simulasi.
d.
Tahap Pemantapan dan debrifing
1)
Memberikan ringkasan mengenai kejadian dan persepsi
yang timbul selama simulasi.
2)
Memberikan ringkasan mengenai kesulitan-kesulitan
dan wawasan para peserta.
3)
Menganalisis proses.
4)
Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia
nyata.
5)
Menghubungkan proses simulasi dengan isi pelajaran.
6)
Menilai dan merancang kembali simulasi.
4.
Kelebihan Model
Pembelajaran Simulasi
1)
Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa
dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2)
Simuasi dapat mengembangkan kreativitas siswa
karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
dengan topik yang disimulasikan.
3)
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri
siswa.
4)
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperlukan dalam menghadapi berbagi situasi sosial yang problematis.
5)
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam
proses pembelajaran.
6)
Menjadikan siswa lebih paham materi pembelajaran.
D.
Keterampilan Abad 21
Abad 21 ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi,
informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi
membawa harapan dan ancaman. Harapan harus dioptomalkan sehingga dapat
memberikan banyak dampak baik. Sementara itu ancaman harus diminimalisir dengan
sikap bijak. Abidin A. (2018 : 4) berpendapat bahwa pendidikan abad ini
seyogyanya mampu membentuk insan muda yang teliti, kritis, namun etis.
Pendidikan abad ke-21 hendaknya bisa membentuk insan muda yang kreatif dan
adaptif.
Menurut
Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 43) keterampilan abad 21 meliputi keterampilan
hidup dan karir; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan
istilah 4 C (critical thinking,
communication, collaboration, dan creativity); dan keterampilan ICT.
Kurikulum 2013 dirancang dengan merekomendasikan model pembelajaran yang tidak
terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif tetapi juga bermuatan pendidikan
karakter. Pembelajaran yang dirancang adalah yang berbasis inquiry/discovery dan juga kolaboratif. Penekanan pembelajaran abad
ke-21 dapat diamati dari tabel berikut ini :
Tabel 2.2
Keterampilan Belajar
pada Pembelajaran Abad XXI
yang Diadopsi dari
Kurikulum 2013
Ruang Lingkup
|
Kompetensi
|
Keterampilan Informasi dan Komunikasi
|
Keterampilan informasi dan literasi media
|
Keterampilan berkomunikasi
|
|
Keterampilan Berpikir dan Memecahkan Masalah
|
Berpikir kritis dan berpikir sistematik
|
Mengidentifikasi masalah, memformulasikan, dan
memecahkan masalah
|
|
Kreativitasdan keingintahuan intelektual
|
|
Keterampilan
Internasional dan Pengarahan Diri Sendiri (Self-Directional
SkillS)
|
Keterampilan
interpersonal dan kolaboratif
|
Pengarahan diri
sendiri
|
|
Akuntabilitas dan
kemampuan adaptasi
|
|
Tanggung jawab sosial
|
Uraian tentang
kompetensi abad ke-21 yang meliputi keterampilan hidup dan karier; keterampilan
inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4 C (critical thinking, communication,
collaboration, dan creativity):
1.
Critical Thinking
Salah satu keterampilan abad ke-21 yaitu Critical Thinking atau berpikir kritis.
Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 47) berpikir kritis merupakan proses
kognitif untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi secara cerdas. Seorang
yang berpikir kritis akan mampu menjawab berbagai alasan dari suatu keadaan,
situasi, atau peristiwa. Kemampuan dalam berpikir kritis dapat membantu dalam
memecahkan msalah, mempermudah pekerjaan, dapat mecari solusi, mampu menentukan
keterkaitan sesuatu dengan lainnya secara akurat.
2.
Communication
Keterampilan abad ke-21 berikutnya yaitu
komunikasi atau Communication. Kompetensi
komunikasi adalah kemampuan dalam berkomunikasi. Kompetensi komunikasi meliputi
aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang sesuai dalam mengelola
pertukaran pesan verbal dan nonverbal .
Menurut William Howel dalam Yani A. Dan
Ruhimat M. (2018 : 48) ada empat tingkatan kompetensi yaitu (1) Unconcious incompetence; (2) Concious Incomptence; (3) Conscious Comptetence; dan (4) Unconcious Comptetence.
3.
Collaboration
Selanjutnya keterampilan abad ke-21 yang
ketiga yaitu Collaboration atau
kemampuan kolaborasi/kerja sama. Menurut Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 50)
kolaborasi merupakan bentuk interaksi sosial yaitu aktivitas kerjasama yang ditujukan untuk mencapai
tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami tugasnya
masing-masing.
Kompetensi kolaborasi sangat penting
dimiliki oleh orang terutama di lingkungan kerja karena beberapa alasan yaitu :
a.
Meningkatkan efisiensi kerja.
b.
Mendapatkan ide-ide baru dari adanya diskusi
bersama tim.
c.
Mendapatkan pengalaman baru.
d.
Kemudahan berkomunikasi.
e.
Membagikan beban kerja.
f.
Meningkatkan kepuasan dalam bekerja.
4.
Creativity
Keterampilan abad ke-21 berikutnya dalah creativity atau kreativitas. Menurut
Yani A. Dan Ruhimat M. (2018 : 51) kreativitas atau daya cipta adalah proses
mental yang memunculkan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara
gagasan dan konsep yang sudah ada.
Menurut Semiawan dalam Yani A. Dan Ruhimat
M. (2018 : 51) ciri orang yang kreatif antara lain berani mengambil resiko,
mampu mendefinisikan dan merumuskan masalah, berperan dalam mengatasi masalah,
toleran terhadap masalah ambigu (membingungkan), dan menghargai sesama di
lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Munandar U. (2014 : 6) kreativitas atau
daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi,
serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain
Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK) atau Classroom Action
Research. PTK merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktik
pembelajaran dilakukan (Depdiknas 2004 : 7).
Menurut Asrori M. (2014 : 6) penelitian
tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih
berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Penelitian kelas juga merupakan penelitian yang bersifat reparative. Artinya,
penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar siswa bisa
mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Sukidin Dkk. (2010 : 16)
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh
pelaku tindakan dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan, dan memperbaiki kondisi praktik-praktik pembelajaran yang telah
dilakukan. Berdasarkan pengalaman yang didapatkan dalam penelitian tindakan
kelas, guru dapat secara sistematis menjajaki alternatif-alternatif tindakan
yang bisa digunakan untuk meningkatkan pembelajaran yang dilaksanakan menuju
arah yang lebih baik.
Mc Niff (dalam Sukidin Dkk, 2010 : 17)
menekankan bahwa dengan dan dalam PTK, guru terbiasa menyambut tantangan, bukan
menghindar dari tantangan guna peningkatan kinerja dan bersedia dengan
sungguh-sungguh membuka diri terhadap pengalaman dan berbagai proses
pembelajaran yang baru yang dirasa dapat digunakan untuk meningkatkan
pengajaran dan mengurangi berbagai kendala yang selama ini dirasa sangat
mengganggu proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas dapat disimpulkan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas
adalah sebuah tindakan yang direncanakan oleh guru sebagai upaya dalam peningkatan atau perbaikan
proses pembelajaran. Kegiatan PTK yang dilakukan secara kolaboratif memerlukan
kerjasama dengan berbagai pihak seperti kepala sekolah, siswa, dan sebagainya.
Bentuk kerjasama itulah yang dapat menjadikan suatu proses PTK dapat
berlangsung.
Penelitian direncanakan
dengan mengimplementasikan penelitian tindakan kelas yang meliputi
komponen-kompenen berikut :
(1)
Perencanaan (Planning),
perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk
meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam tahapan ini peneliti menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan
dilakukan. Penelitian tindakan kelas yang ideal dilakukan secara berpasanagn
antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang
dijalankan, (2) Pelaksanaan (Acting),
pelaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan yang dilakukan secra sadar dan
terkendali dan merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Pelaksanaan
tindakan (acting) tahap ini merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan yaitu mengenakan tindakan di kelas,
(3) Pengamatan (Observing),
pengamatan (Observing) merupakan
kegiatan yang dilakukan pengamat (observer). Pada tahap ini guru pelaksana
mencata sedikit demi sedikit apa yang terjadi gara memperoleh data yang akurat
untuk perbaikan siklus berikutnya, (4) Refleksi (Reflecting), refleksi (Reflecting)
merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam
tahap ini guru berusaha menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati
karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki. Dalam tahap ini, jika penelitian tindakan dilakukan
melalui beberapa siklus maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan
rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan
kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan
lain (Kunandar, 2008, hlm. 71).
Selanjutnya
menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kunandar, 2008) menjelaskan proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yang digambarkan sebagai berikut
:
Sumber: Dwitagama (2010, hlm. 21)
Gambar 3.1 Prinsip Pelaksanaan Penelitian Kelas Menurut Kemmis dan
Mc Taggart
Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) karena beberapa alasan, (1)
penelitan tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan dalam rangka
memperbaiki situasi yang dilakukan secara terbatas di dalam kelas serta
memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran, (2) PTK adalah suatu
bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga proses dan
hasil belajar siswa semakin meningkat, (3) melalui PTK peneliti dapat
menentukan tindakan yang tepat dan dilaksanakan secara kolaboratif antara
peneliti dengan subjek yang diteliti, melalui prosedur yang sudah ditentukan.
B.
Partisipan dan Tempat
Penelitian
Partisispan penelitian ini yaitu siswa kelas VI Sekolah Dasar
Negeri Cibadak kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2018/2019.
Peneliti memilih seluruh siswa di dalam kelas dengan jumlah tiga puluh satu
siswa, enam belas siswa laki-laki dan lima belas siswa perempuan. Jumlah kelas
yang terdapat di SD ini yaitu enam rombongan belajar (rombel), masing-masing
tingkatan kelas terdapat satu rombel dengan jumlah guru tujuh orang ditambah dengan satu kepala sekolah,
satu tenaga administrasi dan satu operator sekolah. Waktu belajar kelas VI yaitu
pagi hari, dimulai dari jam 07.30 sampai pukul 12.30 WIB. Lokasi Sekolah berada
di kampung Cibadak RT 01 RW 07 Desa Sukaresmi Kecamatan Rancabali Kabupaten
Bandung tepatnya di kompleks perkebunan teh PT. Melania Indonesia Sipef.
C.
Prosedur Administratif
Penelitian
Kegiatan
PTK ini menggunakan 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari 2 tindakan.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan abad 21 yang dikuasai siswa.
Siklus I dipakai sebagai refleksi untuk melakukan perbaikan pada siklus II.
Sedangkan siklus II dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan abad 21
yang dimiliki siswa setelah dilakukan perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.
1.
Proses
Tindakan
a.
Proses
Tindakan Siklus I
1)
Tindakan
I
a) Perencanaan
Pada siklus I
tindakan I peneliti mempersiapkan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas
siswa sehingga menumbuhkan keterampilan abad 21, dengan langkah-langkah
sebagai berikut.
§ Menyusun rencana
pembelajaran sesuai tindakan yang akan dilaksanakan.
§ Menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes
dan nontes.
§ Melakukan kolaborasi
b)
Tindakan
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Sebelum
proses pembelajaran berlangsung guru mempersiapkan media dan kondisi siswa
dalam melaksanakan kegiatan, guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang
tujuan dan teknik pembelajaran dengan memberikan rambu-rambu aspek keterampilan
abad 21 yang akan dinilai selama proses pembelajaran. Selain itu, guru
memberikan penjelasan mengenai manfaat dari pembelajaran menggunakan model
simulasi terhadap penumbuhan keterampilan abad 21 yang harus dimiliki siswa.
Pada tahap pelaksanaan siklus I tindakan 1 ini siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok diberikan materi yang berbeda.
Selanjutnya ialah siswa bersama dengan kelompoknya mendiskusikan tentang isi
materi yang diberikan, mereka berdiskusi (keterampilan kolaborasi) sesuai
dengan tuntunan pada LKS yang diberikan. Untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa, maka kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan melakukan evaluasi pada
siswa, dengan menjawab pertanyaan.
c) Refleksi
Guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari awal sampai akhir
pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah terkumpul,
diantaranya hasil evaluasi siswa, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada tindakan II.
2)
Tindakan II
a)
Perencanaan
Pada
siklus I tindakan II ini peneliti mempersiapakan proses pembelajaran untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan I. Adapun langkah-langkah yang
dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§
Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang
akan dilaksanakan.
§
Menyiapkan media yang akan dipergunakan.
§
Menyusun
rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)
Tindakan
Tindakan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada tahap
pelaksanaan siklus I tindakan II ini siswa duduk bersama kelompoknya
masing-masing, sesuai dengan pembentukan kelompok pada tindakan I. setiap
kelompok diberikan lembar untuk membimbing kegiatan pembelajaran yang akan
mereka lakukan bersama dengan kelompoknya. Kemudian siswa berasama kelompoknya
melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan di dalam forum konferensi Asean
sebagai pelaksanaan model simulasi dan menumbuhkan salah satu keterampilan abad
21 (keterampilan mengkomunikasikan), siswa pada
kelompok lain, menyimak dan memberikan pertanyaan bila ada yang kurang
dipahami (keterampilan berfikir kritis). Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi
hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir siswa diminta
menjawab pertanyaan secara tertulis dan merefleksi proses pembelajaran.
c) Refleksi
Selanjutnya guru
melakukan refleksi terhadap siklus I yang telah dilakukan, dengan memperhatikan
semua catatan lapangan dan hasil
evaluasi pada siklus I. Setelah melakukan refleksi guru merancanakan kembali
tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
b.
Proses
Tindakan Siklus II
1)
Tindakan I
a)
Perencanaan
Pada
siklus II tindakan I ini peneliti mempersiapakan proses pembelajaran untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang
dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§
Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang
akan dilaksanakan.
§
Menyiapkan media dan model simulasi yang akan diperankan.
§
Menyusun
rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)
Tindakan
Tindakan
yang dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pada tahap pelaksanaan siklus II
tindakan I ini siswa bersama kelompoknya, sesuai dengan pembentukan kelompok
pada tindakan I. setiap kelompok diberikan lembar untuk membimbing kegiatan
pembelajaran yang akan mereka lakukan bersama dengan kelompoknya. Siswa bersama
dengan kelompoknya, diberikan materi yang berbeda untuk kemudian
dipresentasikan di hadapan kelompok yang lainya yang berperan sebagai delegasi
negara-negara Asean. Persiapan yang dilakukan siswa mulai dari membuat kerangka pikiran, karakteristik
geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah Asean
serta pembagian peran anggota kelompok
(keterampilan kolaborasi).
Kemudian siswa berasama kelompoknya melaporkan
hasil kegiatan yang telah dilakukan di dalam forum diskusi/konferensi (keterampilan mengkomunikasikan), siswa
pada kelompok lain, menyimak dan
memberikan pertanyaan bila ada yang kurang dipahami (keterampilan berfikir
kritis). Kegiatan dilanjutkan dengan refleksi hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada kegiatan akhir siswa diminta menjawab pertanyaan secara
tertulis dan merefleksi proses pembelajaran.
c) Refleksi
Guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari awal sampai akhir
pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah terkumpul,
diantaranya hasil evaluasi siswa, lembar observasi, dan catatan lapangan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki pada tindakan II.
2)
Tindakan II
a)
Perencanaan
Pada
siklus II tindakan II ini peneliti mempersiapakan proses pembelajaran untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan I. Adapun langkah-langkah yang
dipersiapkan adalah sebagai berikut.
§
Menyusun rencana pembelajaran sesuai tindakan yang
akan dilaksanakan.
§
Menyiapkan model simulasi yang akan dipergunakan.
§
Menyusun
rancangan evaluasi yang meliputi tes dan nontes.
b)
Tindakan
Proses pembelajaran yang dilakukan pada tindakan II ini
adalah, siswa menyimak pengarahan dari guru tentang kegiatan yang akan
dilakukan menggunakan model simulasi yang telah dipersiapkan siswa bersama
kelompoknya pada pertemuan sebelumnya. Siswa diberikan lembar kerja untuk
mempermudah dalam mencari infuormasi yang dibutuhkan. Siswa bersama kelompoknya
mengatur tempat duduk, untuk mempermudah proses presentasi dalam konferensi
Asean pada kelompok yang lain yang berperan sebagai delegasi Negara lainnya.
Kegiatan selanjutnya siswa bersama
kelompoknya mempresentasikan setiap Negara Asean yang telah mereka dapatkan di dalam
forum konferensi (keterampilan mengkomunikasikan), sementara kelompok yang lain
menyimak dan memberikan pertanyaan (keterampilan berfikir kritis). Kegiatan dilanjutkan
dengan refleksi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada kegiatan akhir
siswa diminta menjawab pertanyaan secara tertulis dan merefleksi proses
pembelajaran.
c) Refleksi
Guru
melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari
awal sampai akhir pembelajaran, dengan memadukan berbagai instrumen yang telah
terkumpul. Proses berjalannya setiap siklus dapat digambarkan dalam skema
berikut ini :
Identifikasi
hal-hal yang diperlukan
|
Tindakan 1
Melaksanakan pembelajaran
sesuai rencana yang telah dibuat
|
Pelaksanaan siklus I,
menyusun rencana tindakan 1 dan tindakan 2
|
Refleksi tindakan 1.
1.
Analisis
temuan
2.
Analisis model
pembelajran
3.
Analisis PBM
|
Tindakan 2
Melaksanakan pembelajaran
sesuai rencana yang telah dibuat
|
Refleksi
tindakan 2.
1.
Analisis
temuan
2.
Analisis model
pembelajran
3.
Analisis PBM
|
Tindakan
1Melaksanakan pembelajaran sesuai rencana yang telah dibuat
|
Pelaksanaan
Siklus II, menyusun rencana tindakan 1 dan tindakan 2
|
Refleksi siklus I
1.
Deskipsi PBM
2.
Analisis
permasalahan
3.
Refleksi
tindakan
|
Refleksi tindakan 1.
1.
Analisis
temuan
2.
Analisis model
Pembelajran
3.
Analisis PBM
|
Tindakan 2
Melaksanakan pembelajaran
sesuai rencana yang telah dibuat
|
Refleksi
tindakan 2.
1.
Analisis
temuan
2.
Analisis model
pembelajran
3.
Analisis PBM
|
Refleksi
siklus I
1.
Deskipsi PBM
2.
Analisis
permasalahan
3.
Refleksi
tindakan
|
Gambar 3.2 Alur Desain
Penelitian
D.
Prosedur Substantif
Penelitian
1. Pengumpulan
Data
Pada penelitian ini
menggunakan beberapa bentuk instrumen untuk mengungkapkan data penelitian
terkait ketercapaian aktivitas perecanaan, pelaksanaan dan penilaian. Instrumen
ini mengacu pada peran guru dalam proses pembelajaran yang mencangkup sebagai ‘perencana
(planner), pelaksana (organizer), dan penilai (evaluator)’ Gagne dan Berliner (dalam
Makmun A, 2003). Bentuk instrumen
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Instrumen Observasi meliputi:
1) Instrumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap
data bagi penggunaan model simulasi pada pembelajaran di Kelas VI
2) Instrumen keterampilan mengajar yang
dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi
pelaksanaan penggunaan model simulasi untuk meningkatkan keterampilan abad 21
dalam pembelajaran di Kelas VI
3) Instrumen pelaksanaan model simulasi yang
dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data dalam penggunaan
model simulasi untuk meningkatkan keterampilan abad 21
4)
Instrumen keterampilan abad
21 yang dijabarkan dalam bentuk angket deskriptif sebagai alat pengungkap data
bagi ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad 21.
5) Catatan lapangan yang dijabarkan dalam bentuk
angket deskriptif sebagai alat pengungkap data bagi hasil refleksi pembelajaran.
b. Instrumen Test meliputi:
1)
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan sebagai alat pengungkap
data dalam mengukur ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad 21
melalui penarapan model simulasi pada pembelajaran di Kelas VI. Instrumen ini
dijabarkan dalam bentuk data kuantitatif dan kualitatif.
2)
Soal Evaluasi yang digunakan sebagai alat pengungkap data dalam
mengukur hasil belajar dari ketercapaian indikator-indikator keterampilan abad
21 pada LKS melalui penarapan penggunaan model simulasi pada pembelajaran di
Kelas VI. Instrumen ini dijabarkan dalam bentuk data kuantitatif dan
kualitatif.
2.
Pengolahan Data
Data yang telah
terkumpul kemudian diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu data kualitatif
(deskripsi /kata) dan data kuantitatif (angka).
a. Analisis
Data Kualitatif
Aktivitas dalam
analisis data kualitatif
menurut Miles and
Huberman (1984) (dalam Sutopo, 2010 : 7) adalah sebagai berikut:
1)
Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara teliti. Mereduksi data berati merangkum, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, serta membuang yang tidak perlu.
2)
Klasifikasi Data
Data yang telah diperoleh
dari lapangan dikelompokkan berdasarkan aktivitas guru dan aktivitas siswa ke
dalam jenis-jenis kegiatan pembelajaran berupa kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti dan kegiatan penutup.
3)
Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk teks yang bersifat naratif dan grafik.
4)
Analisis Data
Kegiatan ini dimaksudkan
untuk menafsirkan kegiatan pembelajaran yang sudah baik dan belum baik sesuai
rencana. Kegiatan yang belum baik dicari penyebabnya dan memberikan solusi
untuk memperbaikinya.
5)
Penarikan Kesimpulan
Kegiatan
ini dilakukan untuk menyimpulkan hasil pengolahan data.
2)
Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes
berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan evaluasi yang digunakan sebagai alat
pengungkap data dalam mengukur hasil belajar dan ketercapaian indikator-indikator
keterampilan proses pada LKS melalui penarapan pendekatan saintifik pada
pembelajaran di Kelas III. Adapaun pengolahan data kuantitatifnya adalah
sebagai berikut:
1)
Penghitungan skor perolehan nilai siswa
Skor yang diperoleh siswa dalam tes yang berupa LKS dan evaluasi
kemudian diubah dalam bentuk presentase dengan rumus:
NILAI
|
Gambar 3.3 Penghitungan
Skor
(Aqib, dkk, 2009 : 40)
2)
Penghitungan data rata-rata nilai kelas
X =
X = Rata-rata
Xi = Skor yang diperoleh siswa
fi = Frekuensi
dari skor yang bersangkutan
n = Banyaknya
sampel
3)
Mengolah data LKS mengenai KPS
LKS yang diberikan bertujuan
untuk mengetahui pencapaian indikator keterampilan proses pembelajaran siswa.
Pencapaian KPS bisa dilihat melalui IPK (Indeks Prestasi Kelompok). Selain itu
ketuntasan pembelajaran dapat ditentukan berdasarkan nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 75. Menghitung IPK untuk
menentukan kategori KPS menggunakan rumus sebagai berikut:
IPK
|
Gambar 3.4 Penghitungan Ketercapaian KPS
Panggabean, 1989 ( dalam Sumirah, 2015)
Keterangan:
IPK = Indeks Prestasi Kelompok
Mean = Rata-rata kelas
SMI = Skor maksimum
jika soal benar semua
Untuk menentukan kategori IPK dalam capaian KPS
segi intelektual/kognitif mengacu pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Kategori Presentasi
IPK
Presentase
|
Kategori
|
>90%
|
Sangat terampil
|
75% - 89%
|
Terampil
|
55% - 74%
|
Kurang terampil
|
31% - 54%
|
Kurang terampil
|
<30%
|
Sangat kurang terampil
|
Panggabean, 1989 ( dalam Sumirah, 2015)
d.
Menguji Keabsahan Data
Keabsahan data pada penelitian kualitatif
membuktikan nilai kebenaran data dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa
serta catatan lapang (filed notes).
Dalam penelitian ini keabsahan dibuktikan dalam 3 hal yaitu:
1) Alat pengumpul data berupa
lembar observasi guru dan siswa, RPP dan pelaksananaan pembelajaran
2) Alat pengumpul data berupa
LKS dan evaluasi yang disusun berdasarkan indikator pencapaian kompetensi dan
mengacu pada indikator keterampilan proses
3)
Teknik Triangulasi Data
“Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber” (Sugiyono,
2013 : 372). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
triangulasi merupakan kegiatan membandingkan data kualitatif dari satu sumber
dengan sumber yang lainnya. Oleh karena itu untuk menguji data kualitatif maka
data filed notes, lalu dicek dengan
hasil observasi aktivitas guru dan siswa dari observer dan peneliti (guru)
Filed
notes
Observer
Peneliti
Gambar 3.5 Teknik Triangulasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan
hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan peneliti. Data-data
yang didapatkan oleh peneliti dari hasil penelitian ini meliputi temuan hasil
observasi, aktivitas siswa, keterampilan siswa, serta hasil tes tertulis siswa
setelah tindakan dilakukan. Hasil penelitian ini terdiri dari dua siklus dimana
dalam setiap siklus mendeskripsikan beberapa aspek, yaitu meliputi: Perencanaan
Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran yang terdiri dari kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup, hasil belajar, dan refleksi. Selanjutnya
di dalam Pembahasan mendeskripsikan beberapa aspek juga yaitu meliputi:
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil belajar.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua
tindakan dan setiap tindakan memerlukan waktu satu kali pertemuan atau 2 x 35
menit atau 70 menit. Data yang diteliti adalah siswa kelas VI SD Negeri Cibadak
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung dengan jumlah siswa 31 orang.
A.
Deskripsi Hasil penelitian
Sebelum melakukan tindakan pembelajaran,
peneliti melakukan observasi terhadap pembelajaran tematik muatan IPS yang
dilaksanakan di kelas VI. Hasil observasi yang diperoleh yaitu proses
pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru atau berpusat pada guru
sedangkan siswa hanya menerima pembelajaran dari apa yang diceramahkan dan
didemonstrasikan guru. Ketika proses pembelajaran tematik muatan IPS
berlangsung kurang adanya aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung ke
dalam pembelajaran. guru hanya mengarahkan siswa untuk tertib dan mengikuti
intruksi yang terdapat dalam buku paket tematik.
1.
Siklus I
a.
Tindakan 1
1)
Deskripsi
Siklus 1 tindakan 1 ini dilaksanakan
di SD Negeri Cibadak pada hari senin,
tanggal 18 Februari 2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang
diajarkan mengenai sejarah terbentuknya ASEAN. Pelaksanaan siklus 1 tindakan 1
sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik dengan model simulasi.
pembelajaran pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 31 sesuai
jumah siswa terdaftar.
Perencanaan pembelajaran merupakan
kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus I peneliti menyusun
dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada kurikulum
2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi
dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di wilayah
ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di
wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 1 tindakan 1 ini adalah sejarah
terbentuknya organisasi ASEAN.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan
menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah
pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model
yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo
bermain peran
¡ Guru
membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan nama kelompok 5 negara pendiri ASEAN
yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura dan Filipina. Pembentukan
kelompok dilakukan dengan cara setiap menyebut satu Negara secara berurutan dan
akhirnya siswa harus bergabung dengan teman yang menyebutkan nama Negara yang
sama. (kemampuan kolaborasi)
¡ Setiap
siswa diberi berperan sebagai utusan/delegasi dari Negara-negara sesuai yang
ada dalam kelompok. (kemampuan berpikir kreatif)
¡ Setiap
kelompok mendapatkan lembar kerja yang berisi tentang langkah-langkah kegiatan
pelaksanaan konferensi pendirian organisasi ASEAN disertai wacana tentang
sejarah singkat ASEAN. (kemampuan berpikir kreatif dan kolaborasi)
¡ Setiap
kelompok memiliki ketua sebagai perwakilan dari 5 negara pendiri ASEAN beserta
anggotanya. (kemampuan kolaborasi)
¡ Siswa
saling berinteraksi dengan bergiliran memperkenalkan diri sesuai peranan
masing-masing dan dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi Bangkok sebagai
cikal bakal berdirinya ASEAN. (kemapuan komunikasi dan kolaborasi)
¡ Siswa
mengerjakan latihan tertulis yang memuat pertanyaan sekitar pendirian ASEAN.(kemampuan
berpikir kreatif).
Dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan pendakatan pembelajaran tematik, guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja,
tetapi siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan dengan kegiatan berdiskusi
dan bermain peran. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat
dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir.
Pada siklus 1 tindakan 1 guru/peneliti
membagi siswa kedalam 5 kelompok, Sehingga peneliti harus mempersiapkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar
sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan
pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga
peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
Pada siklus 1 tindakan 1
ini, siswa masih terlihat kaku. Mereka belum terbiasa dengan model pembelajaran
yang melibatkan siswa secara langsung, apalagi dalam model simulasi ini mereka
memiliki peranan masing-masing. begitupun saat mengkomunikasikan, mereka masih
terlihat malu-malu dan suaranya pun masih belum keluar dengan lantang.
Pada siklus 1 tindakan 1 ini diperoleh
hasil pengetahuan dan keterampilan.
Tabel 4.1 Frekuensi nilai
pengetahuan
No.
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
50-60
|
8
|
2
|
61-70
|
5
|
3
|
71-80
|
7
|
4
|
81-90
|
8
|
Tabel 4.2 Frekuensi nilai
keterampilan
No.
|
Kriteria
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
A
|
8
|
2
|
B
|
7
|
3
|
C
|
5
|
4
|
D
|
8
|
2)
Analisis
Berdasarkan deskripsi di atas maka
peneliti menemukan beberapa temuan : pertama, aktivitas siswa dalam
pembelajaran sudah mulai terlihat meskipun belum optimal. Masih ada siswa yang
belum menunjukkan aktivitasnya dan terkesan masih malu-malu. Hal ini
dikarenakan belum terbiasa mendapatkan peran khusus dalam kegiatan
pembelajaran.
Temuan kedua, siswa terlihat belum kompak
dalam melakukan kerja sama atau berkolaborasi. Selain itu sesama kelompok masih
didominasi oleh siswa tertentu, sementara siswa yang lain masih lebih
mengandalkan sala seorang temannya.
Temuan ketiga mengenai hasil belajar, ada
lima orang siswa atau 16% yang mendapat nilai kurang, 7 orang siswa atau 23%
mendapat nilai cukup baik, delapan orang atau 26% mendapat niai baik dan 11
orang atau 35% mendapat nilai baik sekali. Setelah peneliti melakukan analisis
terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti menemukan beberapa siswa
yang masih belum memahami soal dengan baik.
3)
Refleksi
Berdasarkan temuan di atas, maka untuk tindakan
selanjutnya perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan aktivitas siswa dalam
pembelajaran. Siswa yang belum menunjukkan aktivitasnya dalam pembelajaran
harus mendapat perhatian khusus sehingga akan ikut terlibat aktif dalam
pembelajaran.
Tindakan selanjutnya
peneliti harus lebih memperhatikan siswa agar lebih kompak dalam melakukan
kerja sama atau berkolaborasi. Selain itu peneliti harus mengatur agar dalam
kelompok tidak terlalu didominasi oleh siswa tertentu.
Perolehan nilai
pengetahuan rata-rata kelas adalah sebesar 73,4. Hal ini menunjukkan pada tahap
tindakan awal menggunakan model simulasi cukup baik. Namun untuk tindakan
selanjutnya peneliti harus merancang scenario agar peranan siswa dalam simulasi
tidak didominasi oleh siswa tertentu. Hasil refleksi yang dilakukan akan
dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan berikutnya.
Tindakan 2
1)
Deskripsi
Siklus 1
tindakan 2 ini dilaksanakan pada
hari Selasa, tanggal 19 Februari
2019 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai
karakteristik Negara-negara ASEAN. Pelaksanaan siklus 1 tindakan 2 sesuai
dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik
dengan model simulasi. pembelajaran
pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak 31 sesuai jumah siswa
terdaftar. Sedangkan kegiatan pembelajaran kegiatan intinya sebagai berikut :
¡ Guru
dan siswa melanjutkan konferensi ASEAN dan memberikan skenario yang harus
diperankan yaitu menyampaikan karakteristik Negara masing-masing.
¡ Guru
memberikan intruksi pada siswa untuk membuat daftar karakteristik Negara
masing-masing.
¡ Siswa
secara berkelompok menyusun daftar karakteristik negaranya masing-masing.
¡ Siswa
secara berkelompok menyampaikan karakteristik negaranya masing-masing.
¡ Kelompok
lain menyimak dan atau mencatat yang disampaikan oleh kelompok yang sedang
presentasi.
¡ Guru
memberikan latihan tentang beberapa karakteristik Negara-negara ASEAN yang
sudah didiskusikan.
Siswa terlihat lebih antusias dan
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan sebagian besar sudah tidak
terlihat kebingungan seperti pada tindakan 1. Guru memposisikan siswa
berdasarkan kelompok yang yang telah dibentuk pada tindakan sebelumnya. Guru
membagikan lembar kerja pada siswa yang berisis scenario simulasi dan arahan
untuk mengidentifikasi karakteristik Negara-negara ASEAN. Siswa secara
berkelompok menyusun daftra karakteristik Negara-negara ASEAN.
Siswa secara berkelompok berperan sebagai delegasi dari berbagai Negara
ASEAN dan menyampaikan karakteristik negaranya masing-masing. Kelompok lain
menyimak dan atau mencatat yang disampaikan oleh kelompok yang sedang
presentasi. Semua siswa antusias mengikuti konferensi tersebut, tetapi ada
kelompok yang terlihat kerepotan dalam menyampaikan presentasi dan ada pula
kelompok yang masih belum bisa menyimak secara optimal tentang apa yang sedang
dipresentasikan oleh kelompok lain.
Setelah siswa melakukan presentasi, guru mempertegas apa yang telah
disampaikan oleh setiap kelompok. Setelah simulasi konferensi selesai, guru
memberikan latihan tentang beberapa karakteristik Negara-negara ASEAN yang
sudah didiskusikan dalam bentuk tes tertulis.
Tabel 4.3 Frekuensi nilai
pengetahuan
No.
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
50-60
|
|
2
|
60-70
|
11
|
3
|
71-80
|
9
|
4
|
≥ 81
|
11
|
Tabel 4.4 Frekuensi nilai
keterampilan
No.
|
Kriteria
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
A
|
11
|
2
|
B
|
9
|
3
|
C
|
7
|
4
|
D
|
4
|
2)
Analisis
Berdasarkan deskripsi di atas
maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan
semangat siswa sudah lebih terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap
kelompok yang bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai
delegasi dari berbagai Negara ASEAN. Selain itu, sebagian besar siswa juga
sudah tidak terlihat kebingungan seperti pada tindakan 1. Siswa sudah mulai
memahami peran masing-masing sesuai scenario yang telah disusun.
Temuan kedua, dalam
melaksanakan presentasi terdapat kelompok yang terlihat kerepotan dalam
menyampaikan presentasi dan ada pula. Apabila diperhatikan, kelompok tersebut
belum dapat menunjukkan kemampuan kerja sama atau kolaborasi.
Temuan ketiga, terdapat kelompok yang masih belum bisa menyimak secara
optimal tentang apa yang sedang dipresentasikan oleh kelompok lain. Terlebih
lagi terdapat kelompok yang presentasi
kurang menarik dan membuat jenuh.
Temuan ke empat mengenai hasil belajar,
sudah tidak ada yang mendapatkan nilai kuarang, 11 orang siswa atau 35,5%
mendapat nilai cukup baik, sembilan
orang atau 29% mendapat niai baik dan 11 orang atau 35,5% mendapat nilai
baik sekali. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil belajar yang
diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari tindakan 1.
3)
Refleksi
Berdasarkan hasil analisis di atas maka untuk tindakan selanjutnya
peneliti harus mempertahankan bahkan meningkatkan antusias dan semangat siswa
sehingga pada tindakan berikutnya terus membaik. Peneliti juga harus menyusun
scenario untuk memudahkan siswa dalam melakukan simulasi sehingga tidak ada
lagi siswa yang terlihat kebingungan.
Peneliti juga harus
memperhatikan agar tidak ada lagi kelompok yang kesulitan dalam melaksanakan
presentasi. Hal ini disebabkan karena kelompok tersebut kurang serius dalam
menyiapkan bahan presentasi karena belum menunjukkan kemampuan kerja sama atau
kemampuan kolaborasi. Dan ini berdampak pada cara mengkomunikasikan yang belum
sesuai dengan harapan. Hal ini juga berdampak pada adanya kelompok yang kurang
antusias untuk menyimak apa yang kelompok tersebut presentasikan.
Perolehan nilai pengetahuan rata-rata
kelas adalah sebesar 76,6. Hal ini mengalami peningkatan dari tindakan
sebelumnya yaitu 73,4. Pada tindakan 2 ini, sebagian besar siswa sudah mulai
dapat memerankan diri sesuai scenario yang disiapkan. Untuk tindakan
selanjutnya peneliti harus merancang
lagi skenario agar peranan siswa dalam simulasi lebih meningkat. Hasil
refleksi yang dilakukan akan dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk
melaksanakan tindakan berikutnya.
2.
Siklus 2
a.
Tindakan 1
1)
Deskripsi
Siklus 2 tindakan 1 ini dilaksanakan
pada hari senin, tanggal 25 Februari 2019 dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai lima Negara ASEAN
lainnya yang bergabung beserta karakteristiknya. Pelaksanaan siklus 2 tindakan
1 sesuai dengan RPP yang disusun dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
tematik dengan model simulasi.
Pembelajaran pada siklus 2 tindakan 1 ini diikuti oleh siswa kelas VI sebanyak
31 sesuai jumah siswa terdaftar.
Perencanaan pembelajaran merupakan
kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus 2 tindakan 1 peneliti
menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada
kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model
simulasi dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di
wilayah ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di
wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 2 tindakan 1 ini adalah karakteristik
lima Negara ASEAN lainnya yang bergabung setelah ASEAN terbentuk.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan
menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah
pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model
yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo bermain peran
¡ Guru
kembali membentuk siswa menjadi lima kelompok berdasarkan lima Negara ASEAN
lainnya yang bergabung dengan organisasi
ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar serta Kamboja seperti
pembentukan kelompok sebelumnya.
¡ Guru
memberikan lembar kerja yang berisi tentang karakteristik Negara sesuai
kelompok masing-masing.
¡ Siswa
secara berkelompok berdiskusi tentang karakteristik Negara sesuai kelompok
masing-masing.
¡ Setelah
selesai berdiskusi, siswa secara berkelompok menyampaikan hasil diskusinya atau
presentasi.
¡ Siswa
lain menyimak dan atau mencatat apa yang disampaikan oleh kelompok yang sedang
presentasi.
¡ Antar
kelompok melakukan tanya jawab terbatas mengenai karakteristik Negara
masing-masing.
¡ Siswa
akan menuliskan hasil analisisnya pada lembar kerja yang telah disiapkan.
¡ Guru
meminta siswa untuk membaca teks bacaan singkat yang memberikan informasi
kepada siswa bahwa meskipun memiliki lingkungan alam yang berbeda-beda, setiap
negara memiliki kepedulian yang sama terhadap kelestarian lingkungan. Guru dan
siswa mendiskusikan tentang kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
¡ Guru
dapat memberi pertanyaan kepada siswa: menurutmu apakah masyarakat yang tinggal
di sekitarmu sudah menunjukkan sikap kepedulian terhadap lingkungan? Mengapa kita
harus peduli terhadap lingkungan? Apakah kepedulian tersebut merupakan
kewajiban kita?
¡ Guru
meminta siswa untuk mengamati infografis yang telah disediakan.
¡ Guru
menjelaskan tentang infografis. Pengertian Infografis adalah suatu bentuk
penyajian data dengan konsep visual yang terdiri atas teks dengan tambahan
gambar-gambar ilustrasi yang menarik.
¡ Guru
memberikan latihan terkait karakteristik setiap negar ASEAN Dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan pendakatan pembelajaran tematik, guru hanya berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator, siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja,
tetapi siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan dengan kegiatan berdiskusi
dan bermain peran. Untuk mengetahui pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat
dalm bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir.
Pada siklus 2 tindakan 1 guru/peneliti
membagi siswa kedalam 5 kelompok, kemudian peneliti mempersiapkan Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing kelompok belajar sebagai alat
untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa
akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus
mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
Pada siklus 2 tindakan 1
ini, siswa sudah terlihat antusias dan semangat. Dengan berbekal tindakan
sebelumnya, siswa mulai memahami perannya dalamsimulasi. Mereka sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, di
antaranya dalam model simulasi. Pada saat mengkomunikasikan, mereka sudah mulai
berani dan suara yang keluar muali diucapkan dengan lantang.
Pada siklus 2 tindakan 1 ini diperoleh
hasil pengetahuan dan keterampilan.
Tabel 4.5 Frekuensi nilai
pengetahuan
No.
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
61-70
|
5
|
2
|
71-80
|
16
|
3
|
81-90
|
8
|
4
|
91-100
|
2
|
Tabel 4.6 Frekuensi nilai keterampilan
No.
|
Kriteria
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
A
|
10
|
2
|
B
|
16
|
3
|
C
|
5
|
4
|
D
|
-
|
2)
Analisis
Berdasarkan deskripsi di atas
maka peneliti menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan
semangat siswa sudah semakin terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap
kelompok yang bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai
delegasi dari berbagai Negara ASEAN. Selain itu, siswa juga sudah memahami
peran masing-masing sesuai skenario yang telah disusun.
Temuan kedua, dalam
melaksanakan presentasi siswa sudah dapat
menyampaikan presentasi dengan baik. Kelompok yang asalnya ada yang
terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 1 ini sudak mulai dapat menunjukkan kemampuan kerja sama atau
kolaborasi.
Temuan ketiga, masih terdapat kelompok yang belum bisa menyimak
presentasi kelompok lain secara optimal tentang apa yang sedang
dipresentasikan. Selain itu, kelompok tersebut belum terlihat aktif dalam
berinteraksi memberikan pertanyaan atau menanggapai jalannya diskusi.
Temuan ke empat mengenai hasil belajar,
sudah tidak ada yang mendapatkan nilai kuarang, lima orang siswa atau 16,1%
mendapat nilai cukup baik, enam belas
orang siswa atau 51,6% mendapat niai baik dan delapan orang siswa atau
25,8% mendapat nilai baik sekali, bahkan terdapat dua orang siswa atau 6,5%
yang mendapat nilai istimewa. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap
hasil belajar yang diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari
siklus dan tindakan sebelumnya.
3)
Refleksi
Berdasarkan hasil
analisis di atas maka untuk tindakan
selanjutnya peneliti harus mempertahankan bahkan meningkatkan antusias dan
semangat siswa sehingga pada tindakan berikutnya terus membaik. Siswa yang
sudah baik dalam melakukan simulasi juga harus ditingkatkan
Peneliti juga harus mempertahankan bahkan
meningkatkan pelaksanakan presentasi siswa yang sudah terlaksana
baik. Kelompok yang asalnya terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 1 ini
sudak mulai dapat menunjukkan kemampuan
kerja sama atau kolaborasi.
Peneliti harus memperhatikan kelompok
yang masih belum bisa menyimak presentasi kelompok lain secara optimal tentang
apa yang sedang dipresentasikan. Peneliti juga harus memotivasi kelompok
tersebut agar terlihat aktif dalam berinteraksi memberikan pertanyaan atau
menanggapai jalannya diskusi.
Perolehan nilai pengetahuan rata-rata kelas mengalami
peningkatan dari semula 76,6 menjadi 80,5. Hal ini mengalami peningkatan dari
tindakan sebelumnya. Pada siklus 2 tindakan 1 ini, siswa sudah mulai dapat
memerankan diri sesuai skenario yang disiapkan meskipun ada siswa yang kuarng
baik dalam menyimak presentasi kelompok lain. Untuk tindakan selanjutnya
peneliti harus memotivasi agar siswa yang belum terlibat aktif dapat menyimak
presentasi dan terlibat secara aktif.. Hasil refleksi yang dilakukan akan
dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melaksanakan tindakan berikutnya.
b.
Tindakan 2
1)
Deskripsi
Siklus 2 tindakan 2 ini dilaksanakan
pada hari selasa, tanggal 26 Februari 2019 dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit. Materi yang diajarkan mengenai bentuk-bentuk kerja
sama ASEAN. Pelaksanaan siklus 2 tindakan 2 sesuai dengan RPP yang disusun dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model simulasi. Pembelajaran pada siklus 2 tindakan 2
ini diikuti oleh siswa kelas VI yang dihadiri
sebanyak 31 sesuai jumah siswa terdaftar.
Perencanaan pembelajaran merupakan
kegiatan awal dari penelitian tindakan kelas. Pada siklus 2 tindakan 2 peneliti
menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada
kurikulum 2013 dengan menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dengan model
simulasi dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.1. Mengidentifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik di
wilayah ASEAN dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1. Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik di
wilayah ASEAN. Materi yang dibahas dalam siklus 2 tindakan 2 ini adalah bentuk-bentuk
kerja sama Negara ASEAN.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat dengan
menerapkan pendekatan tematik model simulasi terdapat pada langkah-langkah
pembelajarannya. Kegiatan inti pembelajaran muatan IPS ini sesuai dengan model
yang digunakan yaitu model simulasi. Berikut langkah-langkahnya :
Ayo
bermain peran
¡ Guru
membentuk siswa menjadi 10 kelompok sesuai jumlah Negara ASEAN
¡ Siswa
akan bermain peran dengan melakukan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN
¡ Sisawa
akan membahas penanan dari setiap Negara dan bentuk-bentuk kerja sama ASEAN.
¡ Guru
membagikan Lembar Kerja pada setiap kelompok sekaligus skenario jalannya
Konferensi.
¡ Siswa
berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing.
¡ Siswa
mulai melakukan konferensi sesuai dengan skenario yang telah disediakan.
¡ Siswa
saling berinteraksi dengan saling bertanya jawab mengenai peran dan kerja sama
Negara-negara ASEAN.
¡ Guru
memantau jalannya konferensi.
¡ Guru
dan siswa mengambil beberapa kesimpulan terkait perang Negara-negara di ASEAN
serta bentuk-bentuk kerja samanya.
¡ Guru
mengintruksikan setiap kelompok untuk membuat karakteristik geografis dan
kehidupan sosial budaya, ekonomi, dan politik Negara masing-masing sesuai
kelompoknya.
¡ Siswa
melakukan kerja sama dengan kelompoknya masing-masing.
¡ Setelah
selesai, siswa menyajikannya dalam sebuah kertas dan mempresentasikannya di
depan forum.
¡ Guru
memberikan latihan/evaluasi tentang peran dan bentuk kerja sama Negara-negara
ASEAN. Pada siklus 2 tindakan
1 guru/peneliti membagi siswa kedalam 5 kelompok, kemudian peneliti
mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan kerjakan oleh masing-masing
kelompok belajar sebagai alat untuk melakukan penyelidikan. Selain itu diakhir
kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes tertulis berupa soal evaluasi
sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya.
Pada siklus 2 tindakan 2
ini, siswa sudah terlihat antusias dan semangat. Dengan berbekal tindakan
sebelumnya, siswa sudah memahami perannya dalam simulasi. Mereka sudah mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung, di
antaranya dalam model simulasi. Pada saat mengkomunikasikan, mereka sudah mulai
berani dan suara yang keluar sudah diucapkan dengan lantang.
Pada siklus 2 tindakan 2 ini diperoleh
hasil pengetahuan dan keterampilan.
Tabel 4.5 Frekuensi nilai
pengetahuan
No.
|
Rentang
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
61-70
|
-
|
2
|
71-80
|
3
|
3
|
81-90
|
15
|
4
|
91-100
|
13
|
Tabel 4.6 Frekuensi nilai keterampilan
No.
|
Kriteria
Nilai
|
Jumlah
siswa
|
1
|
A
|
13
|
2
|
B
|
15
|
3
|
C
|
3
|
4
|
D
|
-
|
2)
Analisis
Berdasarkan deskripsi di atas maka peneliti
menemukan hal-hal sebagai berikut : pertama, yaitu antusias dan semangat siswa
sudah semakin terlihat meningkat. Hal ini terlihat dari setiap kelompok yang
bersemangat untuk melaksanakan simulasi dan berperan sebagai delegasi dari
berbagai Negara ASEAN. Selain itu, siswa juga sudah memahami peran
masing-masing sesuai skenario yang telah disusun.
Temuan kedua, dalam
melaksanakan presentasi siswa sudah dapat
menyampaikan presentasi dengan baik. Kelompok yang asalnya ada yang
terlihat tidak kompak, pada siklus 2 tindakan 2 ini sudak dapat menunjukkan kemampuan kerja sama atau
kolaborasi.
Temuan ketiga, sudah tidak ada kelompok
yang tidak menyimak presentasi kelompok lain secara optimal tentang apa yang
sedang dipresentasikan. Siswa sudah menunjukkan perhatiannya pada setiap
kelompok yang sedang presentasi. Selain itu, kelompok tersebut sudah terlihat
aktif dalam berinteraksi memberikan pertanyaan atau menanggapai jalannya
diskusi.
Temuan ke empat
mengenai hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan. Tidak ada yang
mendapatkan nilai kuarang, 3 orang siswa atau 9,7% mendapat nilai baik, lima
belas orang siswa atau 48,8% mendapat
niai baik sekali, bahkan terdapat tiga belas orang siswa atau 41,9% yang
mendapat nilai istimewa. Setelah peneliti melakukan analisis terhadap hasil
belajar yang diperoleh siswa, peneliti melihat adanya peningkatan dari tindakan
sebelumnya.
3)
Refleksi
Berdasarkan hasil
analisis dan refleksi yang telah dilakukan, pembelajaran pada siklus 2 tindakan
2 ini mengalami peningkatan yang signifikan. Aktivitas siswa sangat antusias
dalam pembelajaran, kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan
kolaborasi sudah terlihat ada peningkatan, serta pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran sudah baik dengan hasil evaluasi yang menunjukkan nilai
rata-rata yaitu 90,0.
B.
Pembahasan
Berdasarkan deskripsi, analisis dan refleksi
setiap tindakan penelitian yang dilakukan, peneliti dapat memperoleh temuan
esensial dalam penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial
tersebut merupakan hasil terpenting dari penelitian yang dilaksanakan.
Temuan-temuan esensial yang peneliti peroleh secara rinci dibahas sebagai
berikut :
1.
Pembahasan Siklus 1
Aktivitas siswa pada siklus 1
sudah mulai terlihat, namun belum sepenuhnya terlihat aktif, dalam kegiatan
simulasipun belum semua siswa menunjukkan perannya dengan baik. Masih ada
beberapa siswa yang terkesan malu-malu dan masih terlihat kebingungan.
Keterampilan abad 21 yang
meliputi keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan
kolaborasi sudah mulai terlihat namun belum belum sepenuhnya dikuasai oleh
siswa. Beberapa kelompok masih belum dapat menyusun pertanyaan saat berdiskusi,
belum mampu menunjukkan kemampuan kolaborasi atau bekerja sama, dan kemampuan
mengkomunikasikan masih kurang.
Perolehan nilai rata-rata
pada siklus 1 tindakan 1 yaitu 73,4 dan tindakan 2 yaitu 76,6. Dengan demikian
perolehan nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu 75,0. Penggunaan alat evaluasi
yang diberikan guru kepada siswa sangat mempengaruhi guru untuk
mengetahuitingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajarai. Maka dari
itu, maka dari itu dalam membuat soal harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan siswa.
2.
Pembahasan Siklus 2
Aktivitas siswa pada siklus 2 sudah
terlihat, siswa mulai terlihat aktif dalam pembelajran. Dalam kegiatan simulasi
siswa sudah menunjukkan perannya dengan
baik. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam memainkan perannya.
Keterampilan abad 21 yang meliputi
keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, komunikasi dan kolaborasi sudah
terlihat. Setiap kelompok masih sudah dapat menyusun pertanyaan saat
berdiskusi, sudah mampu menunjukkan kemampuan kolaborasi atau bekerja sama, dan
kemampuan mengkomunikasikan sudah terlihat.
Perolehan nilai rata-rata pada siklus 2
tindakan 1 yaitu 80,5 dan tindakan 2 yaitu 90,0. Dengan demikian perolehan
nilai rata-rata pada siklus 2 yaitu 85,25. Perolehan pada siklus 2 ini
menunjukkan pencapaian yang signifikan
Berikut merupakan grafik perolehan
rata-rata siswa setiap siklus dan tindakan :
Grafik 4.1 Grafik Perolehan
Rata-rata Siswa Persiklus dan Tindakan
Diagram Batang Perolehan Rata-rata
Siswa
Grafik 4.2 Grafik Perolehan Rata-rata Siswa Persiklus dan Tindakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan di kelas VI SD Negeri Cibadak kecamatan
Rancabali Kbupaten Bandung, maka dapat diambil kesimpuln sebagai berikut :
1. Kreativitassiswa dalam pembelajaran tematik
muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus mengalami
peningkatan yang positif. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa dalam menyusun
pertanyaan dan member tanggapan saat melakukan simulasi.
2. Kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran
tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus
mengalamai peningkatan. Hal ini terlihat dari kemampuan siswa melakukan
komunikasi pada saat presentasi.
3. Kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran
tematik muatan IPS menggunakan mosi (model simulasi) dari setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari kerja sama yang dilakukan siswa bersama
kelomok selama simulasi.
B.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka
perbaikan tindakan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan abad 21 dengan
penggunaan mosi (model simulasi) maka peneliti membuat saran sebagai berikut :
1.
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat menentukan pada
peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa. Maka dari itu dalam
pembelajaran hendaknya guru melibatkan aktivitas siswa dan merubah paradigma
pembelajaran dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.
2.
Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran guru hendaknya menyajikan pembelajaran yang melibatkan aktivitas
siswa dan melatih kemampuan berkomunikasi.
3.
Untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi/kerja sama siswa dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya guru menyajikan pembelajaran berbentuk kerja
kelompok.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Z. (2017). Mengembangkan intsrumen pengukur Critical Thinkink Skills Siwa pada
Pembelajaran Matematika Abad 21.http://unma.ac.id/index.php/th/article/view/383/362.diakses
6 Januari pukul 20.55
Abidin, Y. (2018). Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Abad Ke-21
dalam Konteks Keindonesiaan. Bandung: Refika Aditama
Aqib, dkk. (2009). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK. Bandung: CV Yrama
Widya.
Asrori, M. (2014) Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (2013). Standar Proses Kurikulum
2013. Permendikbud No. 65 tahun 2013 (hlm. 3). Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. (2004). Penilaian. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Nasional.
Dwitagama, W. K. (2010). Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas (Edisi kedua). Jakarta: PT. Indeks.
Erman, S., Dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jica
Febriana A. (2011). Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/aeticle/view/1678/1884. diakses 8
januari pukul 19.50
Kasbolah, K.
dan Sukarnyana, I.W. (2006) Penelitian
Tindakan Kelas untuk Guru. Malang : UM Press
Kurniawan, D.
(2014). Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori, Praktik, dan Penilaian),
Bandung: Alfabeta.
Mulyasa, E.
(2007). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Bandung : Rosda
Munandar, U. (2016). Pengembagan
Kreativitas Anak berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Sagala, S. (2003). Konsep
dan makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Sani,
R.A. (2015). Pembelajaran saintifik untuk
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Bumi Aksara.
Shoimin,
Dkk. (2018). 68 Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013. Sleman : Ar-Ruzz Media
Sumiati,
Dkk. (2012). Metode pembelajaran.
Bandung : Wacana Prima
Suprijono,
A. (2017). Cooperative Learning Teori dan
Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Surya,
M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran. Jakarta : depdikbud
Suyono
dan Hariyanto. (2015). Belajara dan
Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Uzer,
usman, M. (1995). “Prosedur Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas (Educational Classroom Action Research)”.
Perspektif dalam Era Globalisasi Pendidikan.
Yani,
A. dan Ruhimat M., (2018). Teori dan
Implementasi Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Bandung : Refika
Aditama.
Komentar
Posting Komentar